Jumat, 20 April 2012

Mekanisme Koping Terhadap Kecemasan


Individu ketika mengalami ansietas (kecemasan) menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara kontruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa digunakan individu untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menghebat. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemnikiran yang seius. Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping, yaitu:
1.  Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stress secara realistis.
a.     Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah, menghilangkan atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.
b.   Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologis untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
c.    Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
2.   Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas maka mekanisme ini dapat merupakan respons maladaptif terhadap stress. Adapun mekanisme tersebut, yaitu:
a.     Denial yaitu menghindari realita yang tidak menyebangkan dengan mengabaikan atau menolak untuk mengakuinya. Contohnya: Ibu Made diberi tahu bahwa anaknya meninggal, ia masuk ke kamar dan ketika melihat dan memeriksa jenazah anaknya, ia menceritakan kepada tetangganya bahwa anaknya sedang tidur.
b.    Kompensasi yaitu proses dimana individu memperbaiki penurunan citra diri berupaya menggantinya dengan menonjoilkan kelebihan lain yang dimiliki. Contohmya: Nn. Wayan mahasiswa Stikes di Denpasar, prestasi lulus rata-rata (pas-pasan) tapi sangat aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan sosial.
c.     Displacement yaitu memindahkan emosi atau perasaan kepada seseorang atau obyek lain yang lebih netral atau kurang berbahaya. Contohnya: Putu mahasiswa Stikes dimarahi oleh dosennya karena sering terlambat. Setelah dosennya pergi ia membanting buku catatannya.
d.  Proyeksi yaitu menyatakan harapan pikiran, perasaan, motivasi sendiri sebagai harapan, pikiran, perasaan atau motivasi orang lain. Contohnya: Nyoman menyangkal bahwa ia mencintai teman sekerjanya. Ia mengatakan temannya itu mencoba untuk merayunya.
e.  Reaction formation yaitu mengembangkan perilaku dan pola sikap tertentu yang disadari, berlawanan dengan perasaan dan keinginannya. Contohnya: Ketut (35 tahun) mengalami kesukaran mencari jodoh karena ibu yang tinggal bersamanya terlalu cerewet dan rewel. Ia harapkan ibunya cepat meninggal, tetapi ia sangat telaten dan sabar dalam merawat ibunya.
f.      Isolasi yaitu memisahkan atau mengeluarkan dari komponen perasaan tentang pikiran, kenangan atau pengalaman tertentu. Contohnya: Nn. Kadek Mahasiswa keperawatan setiap kali memandikan pasien pria tidak merasa malu atau canggung.
g.  Introyeksi yaitu bentuk identifikasi yang lebih mendalam dimana individu mengambil atau memasukkan nilai dari orang lain yang dicintai atau benci menjadi struktur egonya. Contohnya: Ketut (18 tahun) yang selalu dikambing hitamkan dan sering dihina oleh keluarganya. Ia berpendapat bahwa ia gadis yang buruk, bodoh dan tidak menarik.
h.  Rasionalisasi yaitu memberikan alasan atau penjelasan yang masuk akal agar perilaku, pikiran atau perasaan yang tidak dapat diterima atau dibenarkan oleh orang lain. Contohnya: Putu mengalami kesukaran dalam mengikuti salah satu mata ajaran ia mengatakan mata ajaran itu tidak jelas tujuannya dan penyempaiannya menonton.
i.    Subtitusi yaitu mengganti tujuan bernilai lebih tinggi yang tidak dapat dicapai dengan tujuan lain yang hampir sama tetapi nilainya lebih rendah. Contohnya: Made ingin membeli boneka panda ukuran besar namun uangnya tidak cukup. Ia membeli boneka dengan model sama tapi yang ukurannya kecil.
j.    Identifikasi yaitu suatu proses dimana seseorang berusaha seperti orang yang dikagumi dengan meniru cara berfikir dan perilakunya. Contohnya: putu, mahasiswa Stikes di Denopasar menata rambutnya seperti dosennya yang ia kagumi.
k.  Undoing yaitu suatu tindakan atau komunikasi tertentu yang bertujuan menghapuskan atau meniadakan tindakan sebelumnya. Contohnya: Kadek (5 tahun), langsung memeluk dan mencium ibunya setelah ia mengatakan benci dan marah pada ibunya.
l.    Sublimasi yaitu perubahan bentuk ekspresi dorongan atau rangsangan yang terhambat ke ekspresi yang lebih dapat diterima oleh masyarakat secara sosial. Contohnya: wayan baru putus hubungan dengan kekasihnya. Ia banyak menulis puisi cintah di majalah.
m.   Regresi yaitu menghadapi stress dengan perilaku, perasaan dan cara berfikir mundur kembali ke ciri tahap perkembangan sebelumnya. Nyoman, anak lelaki 4 tahun sudah tidak BAB dab BAK dicelana serta artikulasi bicara sudah jelas, ketika adiknya lahir ia kembali mengompol.
n.    Represi yaitu pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran atau memori yang menyatkan atau bertentangan dengan kesadaran. Contohnya: Wayan tidak mengingat peristiwa kekerasan yang ia lakukan pada istrinya.

Obat Psikotropik (Psikotropika)


1.      Pengertian obat psikotropika
Merupakan obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku (mind and behavior  altering drugs), digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik (psychotherapeutic mediciation) (Suparno, 2008).
Psikotropik ialah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis kelakukan atau pengalaman (WHO, 1966, dalam Suparno, 2008).
2.      Golongan psikotropika
Berdasarkan penggunaan klinis, psikotropik dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
a.       Antipsikosis (major traquilizer, neuroleptik)
Neuroleptik bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronis. Kegunaannya pada psikoneurosis dan penyakit psikosomatik belum jelas. Cirri terpenting obat neuroleptik ialah:
1)      Berefek antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresivitas, hiperaktivitas dan labilitas emosional pada pasien psikosis. Efek ini tidak berhubungan langsung dengan efek sedative.
2)      Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anesthesia.
3)      Dapat menimbulkan gejala estrapiramidal yang reversible atau ireversibel.
4)      Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan psikis dan fisik.
Contoh obat antipsikosis: golongan
1)      Derivat fenotiazin, yaitu: senyawa dimetilaminopropil (klorpromazin, promazin, trifluproazin), senyawa piperidil (mepazin, tioridazin), senyawa piperazin (asetofenazin, karfenazin, flufenasin)
2)      Non-fenotiazin, yaitu kloprotiksen.
3)      Butiroferon, yaitu haloperidol.
b.      Antiansietas (antineurosis, minor traquilizer).
Antiansietas terutama berguna untuk pengobatan simtomatik penyakit psikoneurosis dan berguna sebagai obat tambahan pada terapi penyakit somatic yang didasari ansietas (perasaan cemas) dan ketegangan mental. Penggunaan antiansietas dosis tinggi jangka lama, dapat menimbulkan ketergantungan psikis dan fisik. Dibandingkan dengan sedative yang sudah lebih lama dikenal, antisietas tidak begitu banyak menimbulkan kantuk. Contoh obat antiansietas, yaitu golongan benzodiazepine (diazepam, klordiazepoksid, klorazepat).
c.       Antidepresan
Antidepresan ialah obat untuk mengatasi depresi mental. Obat ini  terbukti dapat menghilangkan atau mengurangi depresi yang timbul pada beberapa jenis skizofrenia. Antidepresi tidak dapat memperbaiki gejala skizofrenia lain, bahka dapat memperberat gangguan pikiran yang merupakan dasar penyakit ini. Perbaikan depresi ditandai dengan perbaikan alam perasaan, bertambahnya aktivitas fisik dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang lebih baik dan berkurangnya pikiran. Perbaikan alam perasaan sukar dinilai dan tidak dapat diukur secara objektif.
Contoh obat antidepresi, yaitu:
1)      Penghambat MAO, yaitu isokarbokazid, nialamid, fenelzin.
2)      Senyawa dibenzapin, yaitu: imipramin, desmetilipramin, amitriptilin, desmetilamitriptilin.
3)  Senyawa lain, yaitu: amoksapin, maprotilin, trazodon, fluoksetin, bupropion, nomifensin, mianserin.
d.      Psikotogenik (psikotomimetik, psikodisleptik, halusinogenik)
Psikotogenik ialah obat yang dapat menimbulkan ke;ainan tingkah laku, disertai halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir dan perubahan alam perasaan, jadi dapat menimbulkan psikosis.
Conto obat golongan psikptogenik, yaitu: meskalin, dietilamid asam lisergat dan marihuana (ganja).

Sumber: Suparno, (2008). Psikofarmakologi dalam Lingkung Psikologi dan Psikiatri

Sabtu, 14 April 2012

Prinsip Pedoman Terapi Bagi Klien Gangguan Jiwa


            Beberapa prinsip yang menjadi pedoman penggunaan obat dalam menangani klien gangguan jiwa (Hyman, Arana, & Rosenbaum, dalam Videbeck, 2008), yaitu sebagai berikut:
1.  Obat diseleksi berdasarkan efeknya pada gejala target klien, misalnya pikiran waham, serangan panic, atau halusinasi. Kefektifan pengobatan dievaluasi sebagian besar oleh kemampuan obat untuk mengurangi atau menghilangkan gejala target.
2.   Banyak obat psikotropika harus diberikan dalam dosis yang adekuat selama periode waktu sebelum efek seutuhnya dicapai. Misalnya, antidepresan trisiklik dapat memerlukan empat sampai enam minggu untuk memberikan manfaat terapeutik yang optimal.
3.   Dosis obat sering kali disesuaikan sampai dosis terendah yang efektif untuk klien. Kadang kala dosis yang lebih tinggi diperlukan untuk menstabilkan gejala target klien dan dosis yang lebih rendah dapat digunakan untuk mempertahankan efek obat tersebut sepanjang waktu.
4. Sesuai aturan, individu lansia memerlukan dosis obat yang lebih rendah untuk menghasilkan efek terapeutik, dan obat dapat memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai efek terapeutik sepenuhnya.
5. Obat psikotropik sering dikurangi secara bertahap (berangsur-angsur), bukan secara mendadak dihentikan. Hal ini dilakukan sehubungan dengan masalah potensial terjadinya rebound (kembalinya gejala untuk sementara), kambuhnya gejala semula, atau putus obat (gejala baru yang disebabkan penghentian obat).
6. Perawatan tindak lanjut sangat penting untuk memastikan kepatuhan klien terhadap program poengobatan, melakukan penyesuaian dosis obat, dan menatalaksana efek samping.
Kepatuhan terhadap program pengobatan sering kali meningkat ketika program tersebut diberikan sesederhana mungkin, baik dalam jumlah obat yang diprogramkan maupun dosis harian.

Sumber: Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Sheila L. Videbeck, 2008)

Jumat, 06 April 2012

TINDAKAN KEPERAWATAN PADA FASE KEHILANGAN


1.      Fase Denial (Penolakan)
Tindakan keperawatan:
a.       Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
b.      Jelaskan kepada klien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada orang yang mengalami kehilangan
c.       Mendukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan
d.      Beri dukungan kepada klien secara non verbal seperti: memegang tangan, menepuk bahu atau merangkul klien.
e.       Menawarkan diri untuk tetap bersama klien tanpa mendiskusikan alasan untuk mengatasi.
f.       Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan klien tentang sakit, pengobatan dan kematian tanpa membantah klien.
g.      Memperhatikan kebutuhan dasar klien.
2.      Fase Anger (Marah)
Tindakan keperawatan:
a.       Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan kemarahannya secara verbal tanpa melawan kemarahannya.
b.      Jelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan klien sebenarnya tidak ditujukan kepada mereka.
c.       Jangan mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien.
d.      Motivasi klien untuk membicarakan perasaan marahnya.
e.       Bantu klien menguatkan sistem pendukung dari orang lain.
f.       Ajarkan teknik asertif.
3.      Fase Bergaining (Tawar menawar)
Tindakan keperawatan:
a.       Membantu klien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.
b.      Jelaskan pada klien tentang sesuatu tindakan yang nyata.
c.       Berikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan.
4.      Fase Depresi
Tindakan keperawatan:
a.       Mengidentifikasi tingkat depresi dan risiko merusak diri.
b.      Membantu klien mengurangi rasa bersalah.
c.       Mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki untuk meningkatkan harga diri klien.
d.      Beri kesempatan klien untuk menangis dan mengungkapkan perasaan.
5.      Fase Acceptence (Penerimaan)
Tindakan keperawatan:
a.       Sediakan waktu bagi keluarga untuk mengunjungi klien secara teratur.
b.      Membantu dalam mendiskusikan rencana masa datang.
c.       Membantu keluarga dan teman klien untuk bisa mengerti penyebab kematian.