Kamis, 05 September 2013

Tahap-Tahap Pemulihan Gangguan Jiwa



Pemulihan berarti mengubah berbagai hal dalam bidang kehidupan seseorang sehingga hal-hal tersebut bekerja atau berfungsi lebih baik baginya. Setiap klien memang berbeda-beda, namun pola pemulihan dari gangguan jiwa sering serupa. Ada 5 tahap dalam pemulihan gangguan jiwa  dan setiap tahap terdiri dari 2 tangga (tahapan), yaitu:
1)   Tahap I: perasaan terjebak (Stuck atau trapped)
a)    Tangga ke 1. Pada awal perjalanan klien tidak ingin berbicara tentang keadaan dirinya. Klien mungkin meraa terputus dan tidak sadar atas masalah yang terjadi atau klien mungkin berpikir tentang hal tersebut sepanjang waktu tetapi merasa takut untuk bicara atau klien merasa bahwa tidak ada siapa pun yang bisa dipercaya. Oleh karena itu, klien seperti terjebak atau terperangkap.
b)   Tangga ke 2: klien mulai berpikir bahwa “kondisi dirinya tidak harus seperti ini” atau mereka memiliki dorongan untuk menjangkau bantuan. Pikiran tersebut masih hilang timbul. Meskipun demikian, ini adalah benar-benar tanda positif, hal tesebur merupakan suatu langkah pembuka terhadap hal-hal yang mulai bergerak dan berubah ke arah pemulihan. Pada tahap ini mulai ada kejelasan dan kesadaran. Langkah selanjutnya adalah mempercayai pikiran-pikiran tersebut dan bertindak atas dorongan untuk mencari bantuan. Pada tahap ini banyak hal dapat mulai berubah.
2)   Tahap II: bersedia menerima bantuan
a)    Tanggal ke 3. Pada tahap ini klien memiliki perasaan yang benar-benar kuat bahwa mereka ingin pulih kembali. Perubahan mungkin tampak mustahil atau menakutkan dan klien mungkin tidak tahu apa yang diinginkan, tetapi tahu bahwa klien tidak ingin melajutkan hidup seperti yang lalu. Klien mulai menerima tawaran bantuan, terutama untuk menyelesaikan masalah-masalah mendesak, meskipun kadang-kadang mungkin hal tersebut terlalu banyak dan mungkin perlu untuk menarik diri lagi.
b)   Tangga ke 4. Klien mulai bersedia menerima bantuan dan dukungan, berbicara tentang sesuatu dengan petugas dan bersedia melakukan kegiatan bersama. Klien mulai merasa bahwa keadaannya membaik. Pada tahap ini, klien sangat mengandalkan petugas untuk membuat perubahan bisa terjadi dan mendorong segalanya ke arah yang lebih baik. Tanpa petugas mengarahkan proses pemulihan ke depan, klien dapat terpleset kembali dengan cepat dan mungkin menyalahkan petugas jika ada sesuatu yang tidak berhasil. Langkah berikutnya adalah untuk terus bergerak dan secara bertahap memegang kendali sehingga dapat mengarahkan hidupnya sesuai dengan keinginannya.
3)   Tahap III: percaya
a)    Tangga ke 5. Sekarang, untuk pertama kali klien mulai benar-benar percaya bahwa hidupnya bisa berubah. Klien mulai memiliki kesadaran akan apa yang diinginkan serta apa yang tidak diinginkan. Klien dapat melihat bahwa perubahan nyata yang langgeng tidak akan terjadi kecuali jika klien berusaha untuk membuatnya jadi kenyataan. Ini adalah titik balik yang benar-benar penting, yaitu perubahan dalam cara klien melihat diri sendiri dan hidupnya yang membuat hal-hal baru menjadi mungkin. Langkah berikutnya adalah bertindak berdasarkan atas perubahan ini.
b)   Tangga ke 6. Klien mulai membangun kepercayaan ini dengan melakukan sesuatu yang berbeda. Klien mulai untuk melaksanakan rencana pemulihan ke dalam tindakan dan melakukan hal-hal baru dan ini tidak mudah. Dibutuhkan keberanian untuk mencoba melakukan hal-hal berbeda dan menjauh dari pola kuno yang tidak sehat. Disini klien membutuhkan banyak dukungan untuk naik dan mencegah kembali jatuh. Langkah selanjutnya disini adalah menjaga keyakinan dan terus maju meskipun sering terasa sulit.
4)   Tahap IV: Belajar
a)    Tangga ke 7. Ketika klien terus mencoba hal-hal baru dan berupaya menuju tujuan pemulihan, klien akan menyadari bahwa beberapa hal bisa berjalan dengan baik dan beberapa hal lain akan gagal. Ini adalah proses trial and error (coba-coba) dan klien akan belajar banyak hal tentang apa yang berhasil dan apa yang tidak bisa berjalan atau gagal. Bila klien mengalami kemunduruan, hal tersebut dapat membuat klien kecewa dank lien mungkin akan tergoda untuk menyerah dan kembali ke cara lama dalam melakukan sesuatu, oleh karena itu benar-benar penting untuk memiliki seseorang yang dapat diajak bicara dan dapat membantunya mencapai keberhasilan dan melihat kemunduruan sebagai kesempatan untuk belajar dan menjadi lebih terampil dalam mencapai tujuan.
b)   Tangga ke 8. Dengan dukungan, klien dapat mengatasi kemunduran dan belajar lebih banyak tentang apa yang dapat membantu untuk membuatnya tetap dijalur pemulihan yang benar. Klien belajar sehingga mempunyai idea tau cara yang lebih baik berdasar dari apa yang selama ini berhasil dalam perjalanan menuju tujuan pemulihannya. Hal tersebut membantu memperkuat motivasinya, keyakinan pada diri sendiri dan kemampuannya untuk mencapai tujuan pemulihan. Untuk alasan ini, klien mulai menjadi konsisten dalam melakukan hal-hal yang membantu dalam perjalanan pemulihan dan membuat klien lebih maju dan semakin dekat ke sasaran yang diinginkan. Meskipun ketika semuanya berjalan lancar, bisa saja muncul tantangan baru. Yang penting bagi klien sekarang adalah untuk terus berjalan ke arah yang sama dan minta bantuan ketika membutuhkan. Pada tangga ke 8 ini penting untuk tidak tergoda untuk berubah terlalu cepat. Pada tahap ini klien masih membutuhkan dukungan untuk menjaga hal-hal yang tidak dinginkan. Untuk itu mereka perlu memiliki seseorang dimana klien bisa berbicara tentang bagaimana mengelola sesuatu dan untuk membantunya mengenali seberap jauh telah pulih.
5)   Tahap V: Mandiri
a)    Tangga ke 9. Cara klien melakukan kegiatan sehari-hari sekarang sudah cukup mapan dan terasa lebih alami dan ototmatis. Sebagian besar perubahan yang terjadi pada dirinya dapat berjalan mulus tanpa dukungan, tetapi pada saat krisis klien masih rentan pada kemungkinan tergelincir kembali sehingga diperlukan seseorang yang dapat membantu untuk memeriksa atau memastikan bahwa semuanya baik-baik saja dan membantunya untuk mengenali tanda bahaya dan mengambil tindakan bila diperlukan.
b)   Tangga ke 10. Pada tangga teratas ini tentunya klien sudah tidak memiliki masalah besar tertentu yang mungkin membuatnya kambuh lagi atau mengancam kemampuannya untuk hidup mandiri. Klien berperilaku baik dan dapat diterima orang-orang disekitarnya. Klien sudah tidak memerlukan bantuan dari luar untuk mempertahankan kemadirian dalam hidup. Klien tahu kapan membutuhkan dukungan dan bagaimana cara mendapatkannya.

Refrensi:

Tirtojiwa, 2012. Pemulihan Ganguan jiwa. (online), available: http://tirtojiwo.org/wp-content/uploads/2012/06/kuliah-pemulihan.pdf

PSIKOFARMAKA



Skizofrenia terdapat gangguan pada fungsi transmisi sinyal penghantar saraf (neurotransmitter) sel-sel susunan saraf pusat (otak) yaitu pelepasan zat dopamine dan serotonin yang mengakibatkan gangguan pada alam pikir, alam perasaan dan perilaku. Obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan pada gangguan fungsi neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis dapat dihilangkan atau dengan kata lain penderita skizofrenia dapat diobati.
            Jenis obat psikofarmaka banyak digunakan untuk mengobati penderita skizofrenia, hingga sekarang belum ditemukan obat yang ideal, masing-masing jenis obat psikofarmaka ada kelebihan dan kekurangannya selain itu juga ada efek samping. Misalnya ada jenis obat psikofarmaka yang lebih berkhasiat menghilangkan gejala negatif skizofrenia daripada gejala positif skizofrenia atau sebaliknya, ada juga yang lebih cepat menimbulkan efek samping dan lain sebagainya.
            Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-syarat antara lain sebagai berikut:
1.    Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu relatif singkat.
2.    Tidak ada efek samping, kalaupun ada relatif kecil.
3.    Dapat menghilangkan dalam waktu relative singkat baik gejala positif maupun negatif skizofrenia.
4.    Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat).
5.    Tidak menyebabkan kantuk.
6.    Memperbaiki pola tidur
7.    Tidak menyebabkan habituasi, adiksi dan dependensi.
8.    Tidak menyebabkan lemas otot.
9.    Kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal (single dose).
Obat psikofarmaka dibagi dalam dua golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan generasi kedua (atypical). Adapun beberapa golongan obat generasi pertama dan kedua yaitu:
Golongan obat generasi pertama, yaitu:
Nama generic
Nama dagang
Chlorpromazine HCl
Chlorpromazine (CPZ), Largactil, Promactil, Meprosetil, cepezet
Trifluoperazine HCl
Stelazine, stelosi
Thioridazine HCl
Melleril
Haloperidol
Haldol, Govotil, Serenace, lodomer injeksi, haldol decanoas injeksi
           
            Golongan obat generasi kedua, yaitu:
Nama generic
Nama dagang
Risperidone
Risperdal, Rizodal, Noprenia, neripros, zofredal
Clozapine
Clozaril, clorilex, cycozam, sizoril
Quetiapine
Serequel
Olanzapine
Zyprexa injeksi, olandoz, onzapin

            Efek samping yang sering dijumpai meskipun relatif kecil dan jarang adalah gejala ekstra-piramidal (Extra-Pyramidal Syndrome/EPS) yang mirip dengan penyakit Parkinson (Parkinsonism), misalnya kedua tangan gemetar (tremor), kekakuan alat gerak (kalau berjalan seperti robot), otot leher kaku sehingga kepala yang bersangkutan seolah-olah terpelintir atau “ketarik” dan lain sebagainya. Bila terdapat efek samping ekstra-piramidal tadi dapat diberikan obat penawar yaitu obat dengan nama generic Trihexyphenidyl HCl (TXP), Benzhexol HCl, Levodopan + Benserazide dan Bromocriptine Mesilate, sedangkan nama dagangnya adalah Arkine, Artane, Madopar dan Parlodel.
            Skizofrenia terjadi sebagai akibat gangguan sinyal penghantar saraf (neurotransmitter) pada sel-sel saraf otak, yaitu antara lain pelepasan zat pada reseptor dopamine, serotonin dan noradrenalin. Pelepasan zat dopamine, serotonin dan noradrenalin pada reseptor tersebut terjadi di susunan saraf pusat (otak) yaitu di daerah sistem limbik (lymbic system areas), khususnya di nucleus accumbens dan hypothalamus.
Reseptor adalah tempat sasaran dalam suatu sistem biologis di otak. Gangguan sinyal penghantar saraf tersebut mengakibatkan gangguan pada fungsi berpikir (kognitif), perasaan (afektif) dan perilaku (psikomotor). Hal ini tampak jelas pada penderita skizofrenia yang menunjukkan kelainan pada alam pikir, perasaan dan perilaku yang tidak wajar, sehingga yang bersangkutan disebut mengalami gangguan jiwa.  
Golongan obat anti skizofrenia baik generasi pertama (typical) maupun generasi kedua (atypical) pada pemakaian jangka panjang umumnya menyebabkan pertambahan berat badan. Obat golongan typical khususnya berkhasiat dalam mengatasi gejala-gejala positif skizofrenia, sehingga meninggalkan gejala-gejala negatif skizofrenia. Sementara itu pada penderita skizofrenia dengan gejala negatif pemakaian golongan typical kurang memberikan respons. Selain daripada itu obat golongan typical tidak memberikan efek yang baik pada pemulihan fungsi kognitif (kemampuan berpikir dan mengingat) penderita. Selain daripada itu obat golongan typical sering menimbulkan efek samping berupa gejala ekstra pyramidal (extrapyramidal symptoms/EPS).
Beberapa perbedaan dan kelebihan obat golongan atypical dengan obat golongan typical adalah antara lain:
1.    Gejala positif maupun negatif dapat dihilangkan.
2.    Efek samping EPS sangat minimal atau boleh dikatakan tidak ada.
3.    Memulihkan fungsi kognitif.

Sumber:
Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, Jakarta: FKUI.

Rusdi Maslim, 2007, Paduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication), Edisi Ketiga, Jakarta: PT. Nuh Jaya.