Obesitas atau kegemukan merupakan peningkatan berat badan yang melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat dari akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh (Runa, 2010). Sedangkan menurut Sarafino (1998), obesitas adalah sebagai suatu simpanan yang berlebihan dalam bentuk lemak yang berdampak buruk bagi kesehatan. Obesitas terjadi jika individu mengkonsumsi kalori yang berlebihan dari yang mereka butuhkan.
Orang yang mengalami kegemukan memiliki berat badan yang berlebihan diakibatkan oleh penimbunan lemak tubuh yang berlebihan, secara umum obesitas adalah kelebihan berat badan yang jauh melebihi berat badan normal. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas. Wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria, dimana perbandingan yang normal antara lemak tubuh dan berat badan adalah 25-30% bagi wanita dan 18-23% pada pria. Seorang wanita dikatakan obesitas apabila lemak pada tubuhnya lebih dari 30% dan pria memiliki lemak lebih 25% (Wikipedia, 2007). Metode yang paling berguna dan banyak digunakan untuk mengukur tingkat obesitas adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). Berdasarkan World Health Organization (WHO) seseorang dikatakan obesitas jika hasil IMTnya sebesar 30,0-34,9 (Sudoyo, dalam Indika, 2010).
Beberapa penyebab dari terjadinya obesitas adalah dikarenakan terlalu sedikitnya aktifitas fisik dan juga disebabkan karena kebiasaan makan yang berlebihan. Faktor genetik dan faktor lain yang sama sekali tidak berkaitan dengan kemauan dan pilihan gaya hidup membuat sebagian orang rawan terhadap obesitas. Termasuk pula diantaranya faktor regulasi metabolisme yang salah, ketidakmampuan mengenali sinyal tubuh akan rasa lapar dan kenyang dan perkembangan jumlah sel lemak yang abnormal (Papalia, dalam Indika, 2010).
Dampak buruk obesitas terhadap kesehatan, sangat berhubungan dengan berbagai macam penyakit yang serius, seperti tekanan darah tinggi, jantung, diabetes melitus dan penyakit pernafasan. Sedangkan menurut Runa (2010), seseorang yang mengidap obesitas biasanya mengalami peningkatan risiko terserang berbagai penyakit dan gangguan kesehatan, salah satunya adalah mengalami gangguan siklus menstruasi.
Setiap wanita memiliki sepasang ovarium yang tiap bulan menghasilkan sebuah sel telur (ovum), yang siap untuk dibuahi melalui sebuah mekanisme siklus mentruasi. Pematangan ovum (ovulasi) merupakan kunci penting bagi wanita dalam menjalani kehidupan reproduksinya untuk mendapatkan keturunan dikemudian hari. Kehidupan reproduksi seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang nantinya berpotensi menimbulkan gangguan. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah kegemukan (obesitas), yang identik dengan hiperkolesterolemia. Pengaruh obesitas terhadap hambatan proliferasi folikel serta pematangan ovum, yang pada akhirnya termanifestasi sebagai gangguan siklus menstruasi (Runa, 2010). Menstruasi adalah penumpahan lapisan uterus yang terjadi setiap bulan berupa darah dan jaringan, yang dimulai pada masa pubertas (Hupitoyo, 2011), sedangkan menurut Wiknjosastro (dalam Hupitoyo, 2011), mentruasi merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.
Penelitian yang dilakukan Eni Purwanti (2003, dalam Hupitoyo, 2011) dan juga penelitian yang dilakukan oleh Dahliansyah (2003, dalam Hupitoyo. 2011), disebutkan bahwa ada hubungan antara lemak tubuh dengan siklus menstruasi. Salah satu hormon yang berperan dalam proses menstruasi adalah estrogen. Estrogen ini disintesis di ovarium, di adrenal, plasenta, testis, jaringan lemak dan susunan saraf pusat. Menurut analisis penyebab lebih panjanganya siklus mentruasi diakibatkan jumlah estrogen yang meningkat dalam darah akibat meningkatnya jumlah lemak tubuh. Kadar estrogen yang tinggi akan memberikan feed back negatif terhadap sekresi GnRh.
Meningkatnya jumlah estrogen yang ada dalam darah disebabkan karena produksi estrogen pada sel-sel teka. Sel teka menghasilkan adrogen dan merespon luteinizing hormone (LH) dengan meningkatkan jumlah reseptor LDL (low-density lipoprotein) yang berperan dalam pemasukan kolesterol ke dalam sel. LH juga menstimulasi aktivitas protein khusus (P450scc), yang menyebabkan peningkatan produksi adrogen. Ketika adrogen berdifusi ke sel granulosa dan jaringan lemak, makin banyak pula estrogen yang terbentuk. Pada wanita yang gemuk tidak hanya kelebihan adrogen tetapi juga kelebihan estrogen akibatnya akan sering terjadi gangguan fungsi ovarium (Hupitoyo. 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar