Pemulihan berarti mengubah berbagai hal dalam
bidang kehidupan seseorang sehingga hal-hal tersebut bekerja atau berfungsi
lebih baik baginya. Setiap klien memang berbeda-beda, namun pola pemulihan dari
gangguan jiwa sering serupa. Ada 5 tahap dalam pemulihan gangguan jiwa dan setiap tahap terdiri dari 2 tangga
(tahapan), yaitu:
1) Tahap I: perasaan terjebak (Stuck atau trapped)
a) Tangga
ke 1. Pada awal perjalanan klien tidak ingin berbicara tentang keadaan dirinya.
Klien mungkin meraa terputus dan tidak sadar atas masalah yang terjadi atau
klien mungkin berpikir tentang hal tersebut sepanjang waktu tetapi merasa takut
untuk bicara atau klien merasa bahwa tidak ada siapa pun yang bisa dipercaya.
Oleh karena itu, klien seperti terjebak atau terperangkap.
b) Tangga
ke 2: klien mulai berpikir bahwa “kondisi dirinya tidak harus seperti ini” atau
mereka memiliki dorongan untuk menjangkau bantuan. Pikiran tersebut masih
hilang timbul. Meskipun demikian, ini adalah benar-benar tanda positif, hal
tesebur merupakan suatu langkah pembuka terhadap hal-hal yang mulai bergerak
dan berubah ke arah pemulihan. Pada tahap ini mulai ada kejelasan dan
kesadaran. Langkah selanjutnya adalah mempercayai pikiran-pikiran tersebut dan
bertindak atas dorongan untuk mencari bantuan. Pada tahap ini banyak hal dapat
mulai berubah.
2) Tahap II: bersedia menerima bantuan
a)
Tanggal ke 3. Pada tahap ini klien memiliki perasaan
yang benar-benar kuat bahwa mereka ingin pulih kembali. Perubahan mungkin
tampak mustahil atau menakutkan dan klien mungkin tidak tahu apa yang
diinginkan, tetapi tahu bahwa klien tidak ingin melajutkan hidup seperti yang
lalu. Klien mulai menerima tawaran bantuan, terutama untuk menyelesaikan
masalah-masalah mendesak, meskipun kadang-kadang mungkin hal tersebut terlalu
banyak dan mungkin perlu untuk menarik diri lagi.
b)
Tangga ke 4. Klien mulai bersedia menerima bantuan dan
dukungan, berbicara tentang sesuatu dengan petugas dan bersedia melakukan
kegiatan bersama. Klien mulai merasa bahwa keadaannya membaik. Pada tahap ini,
klien sangat mengandalkan petugas untuk membuat perubahan bisa terjadi dan
mendorong segalanya ke arah yang lebih baik. Tanpa petugas mengarahkan proses
pemulihan ke depan, klien dapat terpleset kembali dengan cepat dan mungkin
menyalahkan petugas jika ada sesuatu yang tidak berhasil. Langkah berikutnya
adalah untuk terus bergerak dan secara bertahap memegang kendali sehingga dapat
mengarahkan hidupnya sesuai dengan keinginannya.
3) Tahap III: percaya
a)
Tangga ke 5. Sekarang, untuk pertama kali klien mulai
benar-benar percaya bahwa hidupnya bisa berubah. Klien mulai memiliki kesadaran
akan apa yang diinginkan serta apa yang tidak diinginkan. Klien dapat melihat
bahwa perubahan nyata yang langgeng tidak akan terjadi kecuali jika klien
berusaha untuk membuatnya jadi kenyataan. Ini adalah titik balik yang
benar-benar penting, yaitu perubahan dalam cara klien melihat diri sendiri dan
hidupnya yang membuat hal-hal baru menjadi mungkin. Langkah berikutnya adalah
bertindak berdasarkan atas perubahan ini.
b)
Tangga ke 6. Klien mulai membangun kepercayaan ini
dengan melakukan sesuatu yang berbeda. Klien mulai untuk melaksanakan rencana
pemulihan ke dalam tindakan dan melakukan hal-hal baru dan ini tidak mudah.
Dibutuhkan keberanian untuk mencoba melakukan hal-hal berbeda dan menjauh dari
pola kuno yang tidak sehat. Disini klien membutuhkan banyak dukungan untuk naik
dan mencegah kembali jatuh. Langkah selanjutnya disini adalah menjaga keyakinan
dan terus maju meskipun sering terasa sulit.
4) Tahap IV: Belajar
a)
Tangga ke 7. Ketika klien terus mencoba hal-hal baru
dan berupaya menuju tujuan pemulihan, klien akan menyadari bahwa beberapa hal
bisa berjalan dengan baik dan beberapa hal lain akan gagal. Ini adalah proses
trial and error (coba-coba) dan klien akan belajar banyak hal tentang apa yang
berhasil dan apa yang tidak bisa berjalan atau gagal. Bila klien mengalami
kemunduruan, hal tersebut dapat membuat klien kecewa dank lien mungkin akan
tergoda untuk menyerah dan kembali ke cara lama dalam melakukan sesuatu, oleh
karena itu benar-benar penting untuk memiliki seseorang yang dapat diajak
bicara dan dapat membantunya mencapai keberhasilan dan melihat kemunduruan
sebagai kesempatan untuk belajar dan menjadi lebih terampil dalam mencapai
tujuan.
b)
Tangga ke 8. Dengan dukungan, klien dapat mengatasi
kemunduran dan belajar lebih banyak tentang apa yang dapat membantu untuk
membuatnya tetap dijalur pemulihan yang benar. Klien belajar sehingga mempunyai
idea tau cara yang lebih baik berdasar dari apa yang selama ini berhasil dalam
perjalanan menuju tujuan pemulihannya. Hal tersebut membantu memperkuat
motivasinya, keyakinan pada diri sendiri dan kemampuannya untuk mencapai tujuan
pemulihan. Untuk alasan ini, klien mulai menjadi konsisten dalam melakukan
hal-hal yang membantu dalam perjalanan pemulihan dan membuat klien lebih maju
dan semakin dekat ke sasaran yang diinginkan. Meskipun ketika semuanya berjalan
lancar, bisa saja muncul tantangan baru. Yang penting bagi klien sekarang
adalah untuk terus berjalan ke arah yang sama dan minta bantuan ketika
membutuhkan. Pada tangga ke 8 ini penting untuk tidak tergoda untuk berubah
terlalu cepat. Pada tahap ini klien masih membutuhkan dukungan untuk menjaga
hal-hal yang tidak dinginkan. Untuk itu mereka perlu memiliki seseorang dimana
klien bisa berbicara tentang bagaimana mengelola sesuatu dan untuk membantunya
mengenali seberap jauh telah pulih.
5) Tahap V: Mandiri
a)
Tangga ke 9. Cara klien melakukan kegiatan sehari-hari
sekarang sudah cukup mapan dan terasa lebih alami dan ototmatis. Sebagian besar
perubahan yang terjadi pada dirinya dapat berjalan mulus tanpa dukungan, tetapi
pada saat krisis klien masih rentan pada kemungkinan tergelincir kembali
sehingga diperlukan seseorang yang dapat membantu untuk memeriksa atau
memastikan bahwa semuanya baik-baik saja dan membantunya untuk mengenali tanda
bahaya dan mengambil tindakan bila diperlukan.
b)
Tangga ke 10. Pada tangga teratas ini tentunya klien
sudah tidak memiliki masalah besar tertentu yang mungkin membuatnya kambuh lagi
atau mengancam kemampuannya untuk hidup mandiri. Klien berperilaku baik dan
dapat diterima orang-orang disekitarnya. Klien sudah tidak memerlukan bantuan
dari luar untuk mempertahankan kemadirian dalam hidup. Klien tahu kapan
membutuhkan dukungan dan bagaimana cara mendapatkannya.
Refrensi:
Tirtojiwa, 2012. Pemulihan Ganguan jiwa. (online), available: http://tirtojiwo.org/wp-content/uploads/2012/06/kuliah-pemulihan.pdf,