Skizofrenia
terdapat gangguan pada fungsi transmisi sinyal penghantar saraf
(neurotransmitter) sel-sel susunan saraf pusat (otak) yaitu pelepasan zat
dopamine dan serotonin yang mengakibatkan gangguan pada alam pikir, alam
perasaan dan perilaku. Obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan pada
gangguan fungsi neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis dapat
dihilangkan atau dengan kata lain penderita skizofrenia dapat diobati.
Jenis
obat psikofarmaka banyak digunakan untuk mengobati penderita skizofrenia,
hingga sekarang belum ditemukan obat yang ideal, masing-masing jenis obat
psikofarmaka ada kelebihan dan kekurangannya selain itu juga ada efek samping.
Misalnya ada jenis obat psikofarmaka yang lebih berkhasiat menghilangkan gejala
negatif skizofrenia daripada gejala positif skizofrenia atau sebaliknya, ada
juga yang lebih cepat menimbulkan efek samping dan lain sebagainya.
Adapun
obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-syarat antara lain
sebagai berikut:
1.
Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam
waktu relatif singkat.
2.
Tidak ada efek samping, kalaupun ada relatif
kecil.
3.
Dapat menghilangkan dalam waktu relative singkat
baik gejala positif maupun negatif skizofrenia.
4.
Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir
dan daya ingat).
5.
Tidak menyebabkan kantuk.
6.
Memperbaiki pola tidur
7.
Tidak menyebabkan habituasi, adiksi dan
dependensi.
8.
Tidak menyebabkan lemas otot.
9.
Kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal (single
dose).
Obat
psikofarmaka dibagi dalam dua golongan yaitu golongan generasi pertama
(typical) dan golongan generasi kedua (atypical). Adapun beberapa golongan obat
generasi pertama dan kedua yaitu:
Golongan obat
generasi pertama, yaitu:
Nama generic
|
Nama dagang
|
Chlorpromazine
HCl
|
Chlorpromazine
(CPZ), Largactil, Promactil, Meprosetil, cepezet
|
Trifluoperazine
HCl
|
Stelazine,
stelosi
|
Thioridazine
HCl
|
Melleril
|
Haloperidol
|
Haldol,
Govotil, Serenace, lodomer injeksi, haldol decanoas injeksi
|
Golongan
obat generasi kedua, yaitu:
Nama generic
|
Nama dagang
|
Risperidone
|
Risperdal,
Rizodal, Noprenia, neripros, zofredal
|
Clozapine
|
Clozaril,
clorilex, cycozam, sizoril
|
Quetiapine
|
Serequel
|
Olanzapine
|
Zyprexa injeksi,
olandoz, onzapin
|
Efek
samping yang sering dijumpai meskipun relatif kecil dan jarang adalah gejala
ekstra-piramidal (Extra-Pyramidal Syndrome/EPS) yang mirip dengan penyakit
Parkinson (Parkinsonism), misalnya kedua tangan gemetar (tremor), kekakuan alat
gerak (kalau berjalan seperti robot), otot leher kaku sehingga kepala yang
bersangkutan seolah-olah terpelintir atau “ketarik” dan lain sebagainya. Bila
terdapat efek samping ekstra-piramidal tadi dapat diberikan obat penawar yaitu
obat dengan nama generic Trihexyphenidyl HCl (TXP), Benzhexol HCl, Levodopan +
Benserazide dan Bromocriptine Mesilate, sedangkan nama dagangnya adalah Arkine,
Artane, Madopar dan Parlodel.
Skizofrenia
terjadi sebagai akibat gangguan sinyal penghantar saraf (neurotransmitter) pada
sel-sel saraf otak, yaitu antara lain pelepasan zat pada reseptor dopamine,
serotonin dan noradrenalin. Pelepasan zat dopamine, serotonin dan noradrenalin
pada reseptor tersebut terjadi di susunan saraf pusat (otak) yaitu di daerah
sistem limbik (lymbic system areas), khususnya di nucleus accumbens dan hypothalamus.
Reseptor adalah
tempat sasaran dalam suatu sistem biologis di otak. Gangguan sinyal penghantar
saraf tersebut mengakibatkan gangguan pada fungsi berpikir (kognitif), perasaan
(afektif) dan perilaku (psikomotor). Hal ini tampak jelas pada penderita
skizofrenia yang menunjukkan kelainan pada alam pikir, perasaan dan perilaku
yang tidak wajar, sehingga yang bersangkutan disebut mengalami gangguan jiwa.
Golongan obat
anti skizofrenia baik generasi pertama (typical) maupun generasi kedua
(atypical) pada pemakaian jangka panjang umumnya menyebabkan pertambahan berat
badan. Obat golongan typical khususnya berkhasiat dalam mengatasi gejala-gejala
positif skizofrenia, sehingga meninggalkan gejala-gejala negatif skizofrenia. Sementara
itu pada penderita skizofrenia dengan gejala negatif pemakaian golongan typical
kurang memberikan respons. Selain daripada itu obat golongan typical tidak
memberikan efek yang baik pada pemulihan fungsi kognitif (kemampuan berpikir
dan mengingat) penderita. Selain daripada itu obat golongan typical sering
menimbulkan efek samping berupa gejala ekstra pyramidal (extrapyramidal
symptoms/EPS).
Beberapa perbedaan
dan kelebihan obat golongan atypical dengan obat golongan typical adalah antara
lain:
1.
Gejala positif maupun negatif dapat dihilangkan.
2.
Efek samping EPS sangat minimal atau boleh
dikatakan tidak ada.
3.
Memulihkan fungsi kognitif.
Sumber:
Dadang Hawari,
2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, Jakarta: FKUI.
Rusdi Maslim,
2007, Paduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic
Medication), Edisi Ketiga, Jakarta: PT. Nuh Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar