Senin, 14 Februari 2011

Pengaruh TAK Stimulasi Sensori Terhadap Kemampuan Komunikasi

ABSTRAK

Wirnata, M. 2011. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori Terhadap Kemampuan Komunikasi Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.

Latar Belakang
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, perilaku yang aneh dan terganggu. Salah satu terapi kelompok yang dapat dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan kemampuan komunikasi pada klien menarik diri dengan skizofrenia adalah terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori. TAK stimulasi sensori terdiri dari 3 sesi, yaitu mendengar musik, menggambar dan menonton televisi.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh TAK stimulasi sensori terhadap kemampuan komunikasi klien skizofrenia.

Metode Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah quasi eksperiment, dengan pendekanan pre test and post test group design. Sampel terdiri dari 20 orang yang dibagi menjadi 2, yaitu kelompok perlakuan 10 orang dan kontrol 10 orang menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan wawancara.

Hasil Penelitian
Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan kemampuan komunikasi klien skizofrenia sebelum dengan sesudah TAK stimulasi sensori pada kelompok perlakuan (p=0,000) dan tidak ada perbedaan kemampuan komunikasi klien skizofrenia pre test dengan post test pada kelompok kontrol (p=0,111), serta ada perbedaan kemampuan komunikasi klien skizofrenia post test pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p=0,012).

Kesimpulan
Ada perbedaan kemampuan komunikasi klien skizofrenia sebelum dengan sesudah TAK. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada RSJ Provinsi Bali agar rutin memberikan asuhan keperawat berupa TAK stimulasi sensori dan memberikan pelatihan TAK secara berkesinambungan.

Kata Kunci: Skizofrenia, TAK Stimulasi Sensori, Komunikasi.

Senin, 07 Februari 2011

TAK stimulasi sensori. Sesi 3: menonton televisi/video

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI

Sesi 3: Menonton TV/Video

1 Tujuan
(1) Klien dapat memberi respon terhadap tontonan TV/video (jika menonton TV, acara tontonan hendaknya dipilih yang positif dan bermakna terapi untuk klien)
(2) Klien menceritakan makna acara yang ditonton

2 Setting
(1) Klien dan terapis duduk membentuk setengah lingkaran di depan televisi
(2) Ruangan nyaman dan tenang

3 Alat
(1) Video/CD player dan video tape/CD
(2) Televisi

4 Metode
Diskusi

5 Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti TAK sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Terapis dan klien memakai papan nama
b. Evaluasi atau validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menonton TV/video dan menceritakannya
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu menonton TV/video dan menceritakan makna yang telah ditonton
b. Terapis memutar TV/VCD yang telah disiapkan
c. Terapis mengobservasi klien selama menonoton TV/video
d. Setelah selesai menonton, masing-masing klien diberi kesempatan menceritakan isi tontonan dan maknanya untuk kehidupan klien. Berurutan searah jarum jam, dimulai dari klien yang ada di sebelah kiri terapis. Sampai semua klien mendapat giliran.
e. Setelah selesai klien menceritakan persepsinya, terapis mengajak klien lain bertepuk tangan dan memberikan pujian.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menonton acara TV yang baik
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang sesuai dengan indikasi klien
2) Menyepakati waktu dan tempat

6 Evaluasi dan Dokumentasi
(1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk stimulasi sensoris menonton, kemampuan klien yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan, berespons terhadap tontonan, menceritakan isi tontonan dan mengungkapkan perasaan saat menonton.
(2) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3, TAK stimulasi sensoris menonton. Klien mengikuti kegiatan sampai selesai, ekspresi datar, dan tanpa respons, klien tidak dapat menceritakan isi tontonan dan perasaannya. Tingkatkan stimulus di ruangan, ulang kembali dengan stimulus yang berbeda.

TAK stimulasi sensori

TAK STIMULASI SENSORI: SESI 2

Sesi 2: Menggambar

1 Tujuan
(1) Klien dapat mengekspresikan perasaan melalui gambar
(2) Klien dapat memberi makna gambar

2 Setting
(1) Klien dan terapis duduk bersama dalam bentuk setengah lingkaran
(2) Ruangan nyaman dan tenang

3 Alat
(1) Kertas HVS
(2) Pensil 2B (bila tersedia krayon juga dapat digunakan)

4 Metode
(1) Dinamika kelompok
(2) Diskusi

5 Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Terapis dan klien memakai papan nama
b. Evaluasi atau validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menggambar dan menceritakannya kepada orang lain
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu menggambar dan menceritakan hasil gambar kepada klien lain
b. Terapis membagikan kertas dan pensil, untuk tiap klien
c. Terapis meminta klien menggambar apa saja sesuai dengan yang diinginkan saat ini
d. Sementara klien mulai menggambar, terapis berkeliling, dan memberi penguatan kepada klien untuk terus menggambar. Jangan mencela klien.
e. Setelah semua klien selesai menggambar, terapis meminta masing-masing klien untuk memperlihatkan dan menceritakan gambar yang telah dibuatnya kepada klien lain. Yang harus diceritakan adalah gambar apa dan apa makna gambar tersebut menurut klien.
f. Kegiatan poin e. dilakukan sampai semua klien mendapat giliran
g. Setiap kali klien selesai menceritakan gambarnya, terapis mengajak klien lain bertepuk tangan.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan melalui gambar
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu menonton TV
2) Menyepakati waktu dan tempat

6 Evaluasi dan Dokumentasi
(1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi sensoris menggambar, kemampuan klien yang diharapkan adalah mampu mengikuti kegiatan, menggambar, menyebutkan apa yang di gambar dan menceritakan makna gambar.
(2) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 2, TAK stimulasi sensoris menggambar. Klien mengikuti kegiatan sampai selesai. Klien mampu menggambar, menyebutkan nama gambar, dan menceritakan makna gambar. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan melalui gambar

TAK stimulasi sensori

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI SENSORI

Sesi 1: Mendengar Musik

1. Tujuan
(1) Klien mampu mengenali musik yang didengar
(2) Klien mampu memberi respon terhadap musik
(3) Klien mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan musik

2. Setting
(1) Terapis dan klien duduk bersama dalam bentuk setengah lingkaran
(2) Ruangan nyaman dan tenang

3. Alat
(1) Tape recorder
(2) Kaset.

4. Metode
(1) Diskusi
(2) Sharing persepsi

5. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi: menarik diri, harga diri rendah dan kurang mau bicara.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi atau validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendengarkan musik
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan) dimulai dari terapis secara berurutan searah jarum jam.
b. Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semua klien untuk bertepuk tangan.
c. Terapis dan klien memakai papan nama.
d. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien boleh tepuk tangan atau berjoget sesuai dengan irama lagu. Setelah lagu selesai, klien akan diminta menceritakan isi dari lagu tersebut dan perasaan klien setelah mendengar lagu.
e. Terapis memutar lagu, klien mendengar, boleh berjoget atau tepuk tangan (kira-kira 15 menit). Musik diputar boleh diulang beberapa kali. Terapis mengobservasi respons klien terhadap musik.
f. Secara bergiliran, klien diminta menceritakan isi lagu dan perasaannya. Sampai semua klien mendapat giliran.
g. Terapis memberikan pujian, setiap klien selesai menceritakan perasaannya, dan mengajak klien lain tepuk tangan.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk mendengarkan musik yang disukai dan bermakna dalam kehidupannya.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang yaitu menggambar
2) Menyepakati waktu dan tempat.

6. Evaluasi dan Dokumentasi
(1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi sensori mendengar musik, kemampuan klien yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan, respons terhadap musik, memberi pendapat tentang musik yang didengar dan perasaan saat mendengar musik.
(2) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi sensoris mendengar musik. Klien mengikuti kegiatan sampai akhir dan menggerakkan jari sesuai dengan irama musik, namun belum mampu memberi pendapat dan perasaan tentang musik. Latih klien untuk mendengarkan musik di ruang rawat.

Komponen TAK

KOMPONEN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Menurut Stuart & Laraia (2001, dalam Keliat dan Akemat, 2005), komponen kelompok terdiri dari delapan aspek, yaitu sebagai berikut:

1. Struktur Kelompok
Struktur kelompok menjelaskan batasan komunikasi, proses pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama.

2. Besar Kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (2001, dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah 7-10 orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan Beck (1993, dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah 5-10 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi. Sedangkan menurut Johnson (dalam Yosep, 2009) terapi kelompok sebaiknya tidak lebih dari 8 anggota karena interaksi dan reaksi interpersonal yang terbaik terjadi pada kelompok dengan jumlah sebanyak itu. Apabila keanggotaanya lebih dari 10, maka akan terlalu banyak tekanan yang dirasakan oleh anggota sehingga anggota merasa lebih terekspos, lebih cemas, dan seringkali bertingkah laku irasional.

3. Lamanya Sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, dalam Keliat dan Akemat, 2005). Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi tergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali perminggu; atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

4. Komunikasi
Tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan menganalisa pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi.

5. Peran Kelompok
Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja kelompok (Bernes & Sheats, 1948, dalam Keliat dan Akemat, 2005), yaitu maintenance roles, task roles, dan individual role. Maintence role, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-centered dan distraksi pada kelompok.

6. Kekuatan Kelompok
Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak mendengar dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok.

7. Norma Kelompok
Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku anggota kelompok dengan normal kelompok, penting dalam menerima anggota kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap pemberontak dan ditolak anggota kelompok lain.

8. Kekohesifan
Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas terhadap kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan.

Minggu, 06 Februari 2011

Gejala Skizofrenia

GEJALA SKIZOFRENIA

Menurut Hawari (2003), gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu gejala positif dan gejala negatif. Selengkapnya seperti pada uraian berikut:

1. Gejala Positif Skizofrenia
Gejala positif merupakan gejala yang mencolok, mudah dikenali, menganggu keluarga dan masyarakat serta merupakan salah satu motivasi keluarga untuk membawa klien berobat (Hawari, 2003). Gejala-gejala positif yang diperlihatkan pada klien skizofrenia yaitu:
a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun klien tetap meyakini kebenarannya.
b. Halusinasi, yaitu pengalaman pasca indera tanpa rangsangan (stimulus). Misalnya klien mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikian itu.
c. Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.
e. Merasa dirinya “orang besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya.
f. Pikiran penuh dengan kecuringaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.
g. Menyimpan rasa permusuhan.

2. Gejala Negatif Skizofrenia
Gejala negatif skizofrenia merupakan gejala yang tersamar dan tidak menggangu keluarga ataupun masyarakat, oleh karenanya pihak keluarga seringkali terlambat membawa klien berobat (Hawari, 2003). Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada klien skizofrenia yaitu:
a. Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
b. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
c. Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.
d. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
e. Sulit dalam berpikir abstrak.
f. Pola pikir stereotip.