Salah satu bentuk kecemasan anak usia sekolah akibat hospitalisasi adalah
perpisahan dengan orang tua dan teman sebaya. Hal-hal yang menunjukkan
kecemasan akibat perpisahan, serta rasa takut lainnya yaitu dengan anak merasa
kesepian, bosan, isolasi, menarik diri, depresi, marah, frustasi dan
bermusuhan. Sedangkan mekanisme pertahanan diri yang digunakan yaitu regresi
mengacu pada kecenderungan untuk kembali pada tahap perilaku yang lebih dini
dan lebih primitif (Wong, 2003).
Anak usia sekolah mengalami
stress selama hospitalisasi akan menunjukkan ciri-ciri yang maladaptif
yaitu anak menjadi tidak kooperatif,
tidur tidak nyenyak, tidak mau makan serta mungkin ditunjukkan dengan reaksi regresi
yang diekspresikan secara verbal maupun non verbal (Wong,
2003).
Biasanya anak juga menanggapi perawatan dirumah sakit dengan reaksi
misalnya menjerit-jerit, mengompol atau perilaku lain yang lebih pantas untuk
tahap usia yang lebih awal. Namun bentuk perilaku ini menunjukkan bukannya
kerewelan yang harus ditangani dengan tegas tetapi kecemasan yang membutuhkan
kesabaran dan pengertian (Mc Gie, 2003).
Sedangkan menurut Adriansyah (2010), ada enam hal yang terjadi pada anak yang
dihospitalisasi, antara lain :
1) Perubahan
konsep diri.
Perubahan konsep diri terjadi akibat penyakit yang diderita atau tindakan seperti
pembedahan, pengaruh citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran, ideal diri,
harga diri, dan identitasnya.
2) Regresi.
Klien
mengalami kemunduran ke tingkat sebelumnya atau lebih rendah dalam fungsi
fisik, mental, perilaku, dan intelektual.
3) Dependensi.
Klien
merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4) Depersonalisasi.
Peran
sakit yang dialami klien dapat menyebabkan perubahan kepribadian, tidak
realistis, tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas, dan sulit bekerjasama.
5) Takut dan Ansietas.
Perasaan
takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
6) Kehilangan
dan Perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang asing dan jauh dari susana kekeluargaan,
kehilangan kebebasan,
berpisah dengan pasangan, dan terasing dari orang yang dicintai.
Sedangkan
menurut menurut Whenny (2010), respon pasien pada usia sekolah yang dapat muncul, antara
lain : rasa takut, ansietas, paham alasan dipisahkan tetapi masih butuh keberadaan orang tua, lebih peduli
terhadap rutinitas sekolah dan teman teman, tidak berdaya, marah dan frustasi, peduli terhadap perpisahan dengan guru dan teman sekolah, cemas
terhadap kehilangan, PR
(pekerjaan rumah), sekolah,
dan perubahan dalam kelompok. Tetapi pada pasien usia sekolah kadang kala juga
muncul respon berusaha mandiri, mencoba berani selama
prosedur, serta peduli terhadap cara mengekspresikan perasaan dan malu terhadap
perilaku yang berlebihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar