PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR)
di Puskesmas Bangli, Bali
Remaja Indonesia dengan jumlahnya yang mencapai 42,2 juta (proyeksi tahun 2002) atau sekitar 20% dari populasi mendapat banyak hambatan atau masalah yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku yang beresiko terhadap kesehatannya. Perilaku beresiko yang mempengaruhi masalah kesehatan remaja meliputi tumbuh kembang (perubahan fisik dan psikososial), gizi, penyalahgunaan NAPZA dan kesehatan reproduksi termasuk IMS/ISR dan HIV/AIDS (Depkes R.I, 2008).
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini menyebabkan remaja dimanapun ia menetap, mempunyai sifat khas yang sama yaitu rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Sifat tersebut dihadapkan pada ketersediaan sarana di sekitarnya yang dapat memenuhi keingintahuan tersebut. Keadaan ini seringkali mendatangkan konflik bathin dalam dirinya. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku beresiko dan mungkin harus menanggung akibat lanjutnya dalam bentuk berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial, yang bahkan mungkin harus ditanggung seumur hidupnya ( Depkes R.I, 2007 ).
Selain itu pada masa globalisasi ini, bila mana remaja tidak mampu menyeleksi informasi yang masuk, juga akan dapat menimbulkan masalah yang cukup serius, seperti anemia dan kurang gizi, penyakit menular seksual serta penyalahgunaan NAPZA. Oleh karena itu perlu dipersiapkan penanganan secara dini dengan pelayanan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan remaja (Depkes R.I, 2008)
Pada awal decade yang lalu penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropik dan Zat adiktif lainnya) pada remaja belum semarak seperti saat ini dan infeksi HIV dan AIDS masih amat langka yang menkhawatirkan. Kesehatan remaja pada masa itu belum menjadi prioritas. Keadaan tersebut berangsur berubah, terjadi kecenderungan peningkatan perilaku tidak sehat pada remaja.
Upaya Departemen Kesehatan RI untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut dilakukan melalui pendekatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di puskesmas yang dimulai sejak tahun 2003. Mengingat jumlah remaja cukup besar dengan permasalahan yang kompleks serta berdampak sangat besar terhadap kualitas hidup bangsa, maka pengembangan PKPR di setiap puskesmas tidak dapat ditunda lagi.
Program PKPR di Provinsi Bali mulai diperkenalkan pada tahun 2007. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada tahun 2008 terungkap bahwa dari 66.635 remaja laki-laki umur 15-19 tahun 0,68 % telah merokok dan 0,44 % pernah minum alkohol. Sedangkan dari 133928 remaja usia 10-14 tahun angka kejadian anemia sebesar 0,02 % pada remaja laki-laki dan 0,03 % pada remaja perempuan dan dari 133.529 remaja usia 15-19 tahun sebesar 0,01% pada remaja laki-laki dan 0,06 % pada remaja perempuan. Untuk kejadian IMS sebesar 0,03 % dari 66.635 remaja laki-laki usia 15-19 tahun.
Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli pada tahun 2008 terungkap bahwa dari 5.035 remaja laki-laki umur 15-19 tahun 0,99 % telah merokok dan 0,38 % pernah minum alkohol. Sedangkan dari 5.551 remaja perempuan usia 10-14 tahun angka kejadian anemia sebesar 0,04 % dan dari 4.012 remaja perempuan usia 15-19 tahun sebesar 0,07 % .
Tingginya perilaku beresiko pada remaja yang ditunjukkan dalam data-data diatas merupakan resultante dari sifat khas remaja, pengetahuan remaja tentang kesehatan, nilai moral yang dianut serta ada tidaknya kondisi lingkungan yang kondusif.
Faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku beresiko pada remaja adalah kondisi lingkungan yang permisif terhadap perilaku beresiko (ketersediaan fasilitas atau sarana yang mendukung perilaku beresiko, ketiadaan penegakan hukum terkait kesehatan) atau bahkan mendorong perilaku beresiko (melalui informasi yang salah, iklan).
Perilaku beresiko yang mereka lakukan dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan tak diinginkan, terinfeksinya penyakit menular seksual, terpaparnya tindak kekerasan serta timbulnya komplikasi akibat penyalahgunaan NAPZA.
Semua keadaan yang disebutkan diatas menunjukkan besarnya masalah kesehatan pada remaja saai ini, dan mengisyaratkan perlunya penanganan dengan segera secara lebih bersungguh-sungguh.
Melihat kebutuhan remaja dan memperhitungkan tugas puskesmas sebagai barisan terdepan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat, seharusnya puskesmas memberikan pelayanan yang layak kepada remaja sebagai salah satu kelompok masyarakat yang dilayaninya melalui pendekatan pelayanan kesehatan peduli remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2005) Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Direktorat Kesehatan Keluarga.
Depkes RI. (2005) Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Masyarakat Peduli Remaja di Puskesmas. Jakarta : Direktoral Kesehatan Keluarga. Direktoral Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI.
Depkes RI. (2006) Buku Peningkatan Manajemen Kinerja Klinik (PMKK) Perawat & Bidan. Jakarta : Pusdiklat SDM Kesehatan Bekerjasama dengan Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan.
Depkes RI. (2007) Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. (2008) Pedoman Perencanaan Pembentukan dan Pengembangan Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Kota/Kabupaten. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar