Rabu, 11 Agustus 2010

demam berdarah

PENINGKATAN KASUS DEMAM BERDARAH DI BALI

Demam dengue adalah penyakit febris virus akut, sering kali disertai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan leucopenia sebagai gejalanya. Demam berdarah dengue (DHF) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama, yaitu : demam tinggi, fenomena hemoragik, sering dengan hepatomegali dan pada kasus berat, tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Pasien DHF dapat mengalami syok hipovolemik yang diakibatkan oleh kebocoran plasma. Syok ini disebut dengue syok sindrom (DSS) dan dapat menjadi fatal, dimana bisa mengakibatkan kematian (WHO, 1999).

Demam berdarah dengue dapat menyerang semua umur baik anak-anak maupun orang dewasa. Penyebab penyakit ini adalah virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia secara langsung, tetapi dapat ditularkan melalui nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti betina menyimpan virus dengue pula telurnya, selanjutnya akan menularkan virus tersebut ke manusia melalui gigitan. Sekali menggigit, nyamuk akan berulang menggigit orang lain sehingga dengan mudah darah seseorang yang mengandung virus dengue dapat cepat dipindahkan ke orang lain, yang dapat menyebabkan epidemi (Hastuti, 2008).

Epidemi DHF dilaporkan sepanjang abad kesembilan belas dan awal abad keduapuluh di Amerika, Eropa selatan, Afrika Utara, Asia dan Australia dan pada beberapa pulau di Samudra India, Pasifik selatan dan tengah serta Karibia. Pada tahun 1996, 2500-3000 juta orang tinggal di area yang potensial berisiko terhadap penularan virus dengue. Setiap tahun, diperkirakan terdapat 20 juta kasus infeksi dengue, mengakibatkan kira-kira 24 juta kematian (WHO, 1999). Kejadian Luar Biasa (KLB) DHF terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CRF = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%. Pada tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu : 15,99 (2000), 21,66% (2001), 19,24 (2002), dan 23,67% (2003). Sedangkan pada tahun 2004 di kasus DHF di Indonesia mencapai 26.015 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53%). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi Jakarta (11.534 orang), sedangkan CFR terendah terdapat di Propinsi NTT (3,96%) (Adimidjaja, 2004). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus DHF di Indonesia tercatat 137.469 kasus dengan korban meninggal 1.187 jiwa tahun 2008. Sdangkan sepanjang tahun 2009 jumlah kasus naik menjadi 154.855 kasus dan 1.384 meninggal dunia (Lara, 2010)

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun (Adimidjaja, 2004).

Kasus DHF di Bali pada dua tahun terakhir mengalami peningkatan. Tahun 2008 ratio kasus DHF 161/100.000 penduduk. Tahun 2009 meningkat menjadi 181,3/100.000 penduduk (Suardana, 2010). Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Nyoman Suteja, pada tahun 2010 kasus demam berdarah di Bali selama tiga bulan periode Januari - Maret tercatat 1.227 kasus, dari jumlah penderita sebanyak itu, telah mengakibatkan 12 orang di antaranya meninggal dunia (Krjogja, 2010).

Meledaknya kasus deman berdarah dengue di Bali terutama di Denpasar salah satu disebabkan makin berkurangnya predator nyamuk Aedes aegypti. Keberadaan ikan-ikan yang memangsa nyentik nyamuk dulunya begitu banyak di sungai-sungai terutama di Denpasar kini sulit didapat. Kecenderungan warga membuang limbah ke sungai karena lahan pekarangan yang dulunya dipakai sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga kini makin berkurang, sehingga menjadi pemicu berkembangan nyamuk Aedes aegepti (Suardana, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Adimidjaja, T.K. (2004). Demam Berdarah Dengue. Diperoleh tanggal 7 Juli 2010, dari http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm

Hastuti, O. (2008). Demam Berdarah Dengue : Penyakit & Cara Pencegahannya, Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Krjogja, (2010), Kasus DBD, Bali Urutan Kedua Setelah Jakarta. Diperoleh tanggal 7 Juli 2010, dari http://www.krjogja.com/news/detail/28451/Kasus.DBD..Bali.Urutan.Kedua.Setelah.Jakarta.html

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1, Jakarta : Media Aesculapius.

WHO (1999). Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian, Edisi 2, Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar: