Rabu, 11 Agustus 2010

percobaan bunuh diri (PBD)

PERCOBAAN BUNUH DIRI

Pengertian Percobaan Bunuh Diri
Percobaan bunuh diri adalah perbuatan merusak diri sendiri yang dilakukan dengan keinginan destruktif, tetapi tidak nyata atau ragu-ragu (Suwanto, 2009).
Menurut Maramis (2005) tentang percobaan bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu singkat.
Menurut Clinton, 1995 (dalam Yosep, 2009) pengertian yang lebih lengkap dari Suswanto dan Maramis tentang bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri.

Jenis Gangguan Jiwa yang Berhubungan dengan Percobaan Bunuh Diri.

Menurut laporan Rumah Sakit Jiwa Lawang (2007) beberapa gangguan jiwa yang berhubungan dengan resiko peningkatan bunuh diri pada beberapa jenis gangguan jiwa, yaitu :
1. Depresi, merupakan salah satu gangguan perasaan dan gangguan jiwa yang paling berhubungan dengan terjadinya bunuh diri. Kondisi sedih atau berduka yang normal biasanya mempunyai efek yang tidak mendalam dan berlangsung lebih singkat, dibandingkan dengan gangguan depresi. Para ahli melaporkan bahwa 20%-60% kematian oleh karena bunuh diri terjadi pada mereka yang mengalami gangguan perasaan.
2. Gangguan afektif bipolar, merupakan kondisi yang umum dijumpai, dan diantara gangguan mental sebagai penyebab ketidakmampuan atau disabilitas. Gangguan bipolar dapat mengalami bunuh diri 15 kali lebih banyak dibandingkan dengan penduduk biasa.
3. Skizofrenia, studi yang dilakukan WHO melaporkan bahwa angka kematian tertinggi pada kasus skizofrenia disebabkan karena bunuh diri. Diperkirakan terdapat 4-10% resiko kejadian bunuh diri sepanjang rentang kehidupan penderita skizofrenia dan 40% angka percobaan bunuh diri.

Kategori Percobaan Bunuh Diri

Percobaan bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 (tiga), (Stuart dan Sundeen, 1995), yaitu :
1. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri merupakan peringatan verbal dan nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respons positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
Sedangkan menurut Schidman dan Farberow (dalam Maramis, 2005) membagi orang yang melakukan bunuh diri menjadi 4 (empat) golongan, yaitu :
1. Mereka yang percaya bahwa tindakan bunuh diri itu benar, sebab mereka memandang bunuh diri sebagai peralihan menuju ke kehidupan yang lebih baik atau mempunyai arti untuk menyelamatkan nama baiknya (misalnya : hara-kiri).
2. Mereka yang sudah tua, hal ini ditemukan pada orang yang kehilangan anak, atau cacat jasmaninya, yang menganggap bunuh diri sebagai suatu jalan keluar dari keadaan yang tidak menguntungkan bagi mereka.
3. Mereka yang psikotik, dan bunuh diri disini merupakan jawaban terhadap halusinasinya atau wahamnya.
4. Mereka yang bunuh diri sebagai balas dendam, yang percaya bahwa karena bunuh diri orang lain akan berduka cita dan mereka sendiri akan dapat menyaksikan kesusahan orang lain itu.
Tanda-tanda risiko berat dan bahaya bunuh diri
Solomom (dalam Maramis, 2005) membagi besarnya risiko bunuh diri dengan melihat adanya tanda-tanda tertentu, yaitu : tanda-tanda risiko berat dan tanda-tanda bahaya. Seperti pada uraian berikut ini :

Tanda-tanda risiko berat

Tanda-tanda risiko berat perilaku bunuh diri, adalah sebagai berikut :
1. Keinginan mati yang sungguh-sungguh, pernyataan yang berulang-ulang bahwa ia ingin mati.
2. Adanya depresi dengan gejala rasa salah dan dosa terutama terhadap orang-orang yang sudah meninggal, rasa putus asa, ingin dihukum berat, rasa cemas yang hebat, rasa tidak berharga lagi, sangat berkurangnya nafsu makan, seks dan kegiatan, serta adanya gangguan tidur yang berat.
3. Adanya psikosa; terutama penderita psikosa yang implusif, serta adanya perasaan curiga, ketakutan dan panik. Keadaan semakin berbahaya bila penderita mendengar suara yang memerintahkan membunuh dirinya.

Tanda-tanda bahaya

Tanda-tanda bahaya perilaku bunuh diri, adalah sebagai berikut :
1. Pernah melakukan percobaan bunuh diri.
2. Penyakit yang menahun.
3.iKetergantungan obat dan alkohol : alkohol dan beberapa obat mempunyai efek melemahkan kontrol dan mengubah dorongan (implus) sehingga memudahkan bunuh diri.
4.iHipokhondriasis : keluhan fisik yang konstan dan bermacam-macam tanpa sebab organis dapat menimbulkan depresi yang berbahaya.
5.iBertambahnya umur : terutama pada pria, bertambahnya umur tanpa pekerjaan atau kesibukan yang berarti dapat menambah perasaan bahwa hidupnya tidak berguna.
6. Pengasingan diri : hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak dapat menolong dan mengatasi depresi yang berat.
7. Kebangkrutan kekayaan : individu tanpa uang, pekerjaan, teman atau harapan masa depan, mempunyai gairah untuk hidup kurang dari pada yang mempunyai keluarga dan kedudukan sosial yang lebih berhasil.
8. Catatan bunuh diri : setiap catatan bunuh diri harus dianggap sebagai tanda bahaya.

DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W.F., 2005, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Cetakan kesembilan, Surabaya : Airlangga University Press.

Mustikasari, 2007, Penelitian Bunuh Diri, (online), available : http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=News&file=print&sid=175 Diakses 7 Oktober 2009.

Rumah Sakit Jiwa Lawang, 2007, Membangun Kesadaran-Mengurangi Resiko Gangguan Mental dan Bunuh Diri, (online), available : http://rsjlawang.com/artikel_070309a.html Diakses 7 Oktober 2009. Diakses 7 Oktober 2009.

Stuart dan Sundden, 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta : EGC.

Suwanto, 2009, Bunuh Diri, (online), available : http://ezcobar.com/dokter-online/dokter15/index.php? Diakses 7 Oktober 2009.

Wangmuba, 2009, Bunuh Diri dan Psikologis, (online), available : http://wangmuba.com/2009/04/13/bunuh-diri-dan-psikologi/ Diakses 7 Oktober 2009

Yosep, I., 2009, Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung : Refika Aditama

Tidak ada komentar: