Rabu, 20 April 2011

Hipertensi

1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Masjoer, 2001).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smletzer dan Bare, 2002).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan di ukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda, secara umum seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari pada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (ditulis 140/90 mmHg) (Corwin, 2001).
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah tekanan darah persisten, dimana tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.

2. Klasifikasi Hipertensi
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) memilih klasifikasi sesuai WHO (World Health Organization) karena sederhana dan memenuhi kebutuhan, tidak bertentangan dengan strategi terapi, tidak meragukan karena memiliki sebaran luas dan tidak rumit, serta terdapat pula unsur sistolik yang juga penting dalam penentuan (Mansjoer, 2001). Adapun klasifikasi hipertensi menurut WHO, adalah sebagai berikut:
a. Normotensi: sistolik (<140 mmHg)/ diastolik (<90mmHg)
b. Hipertensi ringan: sistolik (140-180 mmHg)/ diastolik (90-105 mmHg)
c. Hipertensi perbatasan: sistolik (140-160 mmHg)/ diastolik (90-95 mmHg)
d. Hipertensi sedang dan berat: sistolik (>180 mmHg)/ diastolik (>105 mmHg)
e. Hipertensi sistolik terisolasi: sistolik (>140 mmHg)/ diastolik (<90 mmHg)
f. Hipertensi sistolik perbatasan: sistolik (140-160 mmHg)/ diastolik (<90 mmHg).

3. Etiologi
Menurut Mansjoer (2001) etiologi hipertensi dibagi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer
Hipertensi ensensial atau primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktvitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol/caffein, merokok serta polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal.
Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Chusing, feokromositoma, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

4. Faktor Risiko Hipertensi
Menurut Irza (2009), hipertensi merupakan penyakit yang timbul karena interaksi berbagai faktor risiko. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan dari faktor risiko yang dapat dikontrol seperti stres, obesitas, konsumsi lemak, konsumsi natrium, merokok, konsumsi alkohol dan kafein; serta faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti: genetik, usia, jenis kelamin dan etnis.

a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol

1) Faktor Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Irza, 2009).
2) Usia
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor risiko yang dialami seseorang. Pertambahan usia mengakibatkan berbagai perubahan fisiologis dalam tubuh seperti penebalan dinding arteri akibat penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku yang dimulai pada usia 45 tahun. Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia muda. Boedhi Darmoejo (dalam Alamsyah, 2009) pada tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa 1,8%-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Seseorang yang berumur di 60 tahun, 50-60% memiliki tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg.
3) Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria hampir sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis (Irza, 2009).
4) Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap vasopresin lebih besar.

b. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol
1) Obesitas
Obesitas merupakan keadaan berlebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari berat ideal. Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja yang mengalami kegemukan cenderung mengalami hipertensi. Ada dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10% mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg (Alamsyah, 2009).
2) Konsumsi Lemak
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitanya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayur, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
3) Konsumsi Natrium
Garam merupakan faktor penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang rendah.
4) Merokok
Hubungan antara merokok dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular telah banyak dibuktikan. Selain lamanya merokok, risiko akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang diisap per hari. seseorang yang merokok lebih dari satu pak (15 batang) rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan untuk menderita hipertensi dan penyakit kardiovaskular dari pada mereka yang tidak merokok.
5) Konsumsi Alkohol dan Kafein
Konsumsi secara berlebihan alkohol dan kafein yang terdapat dalam minuman kopi, teh dan cola akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada seseorang. Kafein dapat menstimulasi jantung untuk berkerja lebih cepat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
6) Stres
Stres diyakini memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui aktivasi saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.

5. Gejala Klinis Hipertensi
Menurut Corwin (2001), sebagain besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun, adalah berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
e. Edema dependen dan pembengkakkan akibat peningkatan tekanan kapiler.

6. Perangkat Diagnostik
Pengukuran tekanan darah menggunakan sfignomanometer akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik jauh sebelum adanya gejala-gejala penyakit (Corwin, 2001).

7. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Sianturi (2004), penatalaksanaan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Penatalaksanaan secara Non Farmakologis.
1) Mengurangi konsumsi garam.
2) Menghindari kegemukan (obesitas).
3) Membatasi konsumsi lemak.
4) Olahraga teratur.
5) Makan banyak buah dan sayuran segar.
6) Tidak merokok dan minum alkohol.
7) Latihan relaksasi atau meditasi.
8) Berusaha dan membina hidup yang positif.
b. Penatalaksanaan secara Farmakologis
Pada umumnya pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Golongan obat yang digunakan untuk pengobatan hipertensi adalah diuretik, penghambat adrenergik, angiotensin coverting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor), angiotensisn-II-bloker, antagonis kalsium dan vasodilator.

Tidak ada komentar: