Rokok dan kopi dihubungkan dengan hipertensi, walaupun mekanisme secara pasti belum diketahui. Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya sehingga bekerja tidak normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi jantung (Sianturi, 2004).
Merokok diketahui memberi efek perubahan metabolik berupa pelepasan hormon pertumbuhan serta meningkatkan asam lemak, gliserol dan laktat, menyebabkan penurunan HDL (High Density Lipid) kolesterol, meningkatkan LDL (Low Density Lipid) kolesterol dan trigliserida, juga berperan sebagai penyebab peningkatan resistensi insulin dan hipersulinemia yang pada akhirnya menyebabkan kelainan jantung, pembuluh darah dan hipertensi serta meningkatkan risiko penyakit jantung koroner maupun kematian otot jantung (Sani, 1994, dalam Sianturi, 2004).
Menurut Dr. Logan Clending (dalam Sianturi, 2004), tembakau mempunyai efek yang cukup besar. Pada prinsipnya efek tersebut merupakan penyempitan pembuluh darah, melalui lapisan otot pembuluh itu dan kenaikan tekanan darah. Sedangkan menurut Dr. Emil Bogen, Profesor Kesehatan Masyarakat, University of Cincinnati dan pengarang banyak kajian ilmiah dan biokimia sehubungan dengan tembakau mengungkapkan pendapat bahwa sirkulasi darah bereaksi terhadap nikotin dengan penyempitan pembuluh darah yang diikuti dengan kenaikan tekanan darah. Bermacam peralatan yang digunakan untuk merekam tekanan darah menunjukkan perubahan pada catatan sistolik setelah seorang merokok beberapa batang. Juga ada bukti positif bahwa merokok menyebabkan sekresi kelenjar adrenalin yang pada gilirannya menaikkan tekanan darah (Sianturi, 2004).
Jose Roesma (dalam Sianturi, 2004), dari sub bagian ginjal dan hipertensi bagian ilmu penyakit dalam FKUI/RSCM dalam bahasanya mengenai rokok dan hipertensi menyatakan bahwa asap rokok diketahui mengandung tidak kurang dari 4.000 jenis bahan kimia yang merugikan kesehatan bagi perokok aktif maupun pasif, dimana jika seseorang yang menghisap rokok, denyut jantungnya akan meningkat sampai 30% setelah 10 menit, tekanan sistolik naik 10% dan diastoliknya naik 7%. Secara kronis, pengaruhnya belum diketahui dengan jelas tetapi dari penelitian epidemiologi diketahui bahwa kalangan perokok menderita komplikasi kardiovaskuler 2-3 kali lebih sering bila dibandingkan dengan yang bukan perokok.
Penelitian lain menurut Abulnaja (2007, dalam Irza, 2009) yang menemukan bahwa E-selectin, sCAM-1, dan sVCAM-1 (agen-agen inflamasi alami) memiliki hubungan bahwa kadar ketiga zat tersebut pada penderita hipertensi jauh lebih tinggi dibandingkan pada orang normotensif dan demikian juga halnya pada penderita hipertensi yang merupakan perokok atau mantan perokok dibandingkan bukan perokok. Tingginya kadar ketiga zat tersebut akan mengakibatkan kerusakan endotelium vaskular yang merupakan risiko timbulnya penyakit hipertensi dan kardiovaskular.
Selain rokok, kopi juga berakibat buruk bagi penderita hipertensi. Kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Pemberian kafein 150 mg atau 2-3 cangkir kopi akan meningkatkan tekanan darah 5-15 mmHg dalam waktu 15 menit. Peningkatan tekanan darah ini bertahan sampai 2 jam, diduga kafein mempunyai efek langsung pada medula adrenal untuk mengeluarkan epinefrin. Konsumsi kopi menyebabkan curah jantung meningkat dan terjadi peningkatan sistole yang lebih besar dari tekanan diastole. Hal ini terlihat pada orang yang bukan peminum kopi atau peminum kopi yang menghentikannya paling sedikit 12 jam sebelumnya (Sianturi, 2004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar