Sabtu, 02 Juni 2012

Pengaruh Metode Kanguru Terhadap Suhu Tubuh Pada Bayi BBLR


Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke luar dunia (Mansjoer, 2001). Proses kelahiran merupakan proses dari adaptasi atau penyesuaian bayi dengan lingkungan baru terutama perubahan suhu tubuh yang berbeda bila dibandingkan dengan ketika bayi berada dalam rahim. Normalnya berat badan bayi saat lahir adalah 2.500 gram – 4.000 gram. Jika berat badan bayi kurang dari 2.500 gram, maka bayi lahir dengan berat badan rendah (Kilapong, 2007).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR yang sering bermasalah adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 1500 gram yang disebut bayi berat badan lahir sangat rendah dan bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram yang disebut bayi berat badan lahir amat sangat rendah. Kebanyakan dari bayi tersebut adalah kehamilan 23-33 minggu (Surasmi, 2003).
Kejadian BBLR di setiap negara bervariasi, di negara maju seperti Eropa tahun 2009, angkanya mencapai 5-11%, di Amerika Serikat tahun 2009 sebesar 10,7% dan di Australia tahun 2009 kejadianya 7%. Di negara berkembang, angkanya masih tinggi. Di India tahun 2009 sebesar 34%, Afrika Selatan tahun 2009 sebesar 15% dan Malaysia tahun 2009 sebesar 10%, sedangkan di Indonesia tahun 2009 angka bayi dengan BBLR secara nasional di rumah sakit sebesar 27,9% (Simamorang, 2010). Menurut Basuki (2009), angka BBLR di Bali termasuk yang paling rendah yaitu sebesar 5,8%.
Berat badan lahir rendah bukanlah suatu diagnosis, akan tetapi penting untuk mengidentifikasi kelompok bayi dengan risiko tinggi. Beberapa risiko yang sering terjadi pada kelompok bayi ini adalah: kematian perinatal, hipotermi, hipoglikemi, masalah minum, penyakit yang berat yang terjadi dalam beberapa hari setelah lahir (Wisnuwardhani, 2001). Menurut Pantiawati (2010), masalah-masalah yang dapat terjadi pada bayi BBLR diantaranya hipotermia, sindrom gawat nafas, hipoglikemia, rentan terhadap infeksi, dan hiperbilirubinemia. Pendapat lain dikemukakan oleh Djelantik (2001), berbagai keadaan patologis yang mangancam hidup BBLR segera setelah lahir adalah asfiksia, hipoglikemia, dan hipotermia.
Bayi dengan BBLR akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi BBLR harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bayi dirawat dalam inkubator maka suhu tubuh bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius (Sitohang, 2004).
Pada bayi BBLR yang sudah dinyatakan keluar dari inkubator sering mengalami perubahan suhu, sehingga  perlu di dijaga kestabilan suhu tubuh bayi setelah penyapihan dari inkubator dan suhu tubuh bayi telah mulai stabil tetapi kenyataannya banyak yang baru keluar dari inkubator sering terjadi hipotermia. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Perinatologi RSUD Sanjiwani Gianyar, dari tanggal 5 sampai dengan 10 September 2011, dari 10 orang bayi BBLR yang keluar dari inkubator, didapatkan sebanyak 7 orang (70%) yang mengalami hipotermia (suhunya 35oC) dan sebanyak 2 orang (20%) suhunya 36oC dan sebanyak 1 orang (10%) suhunya 36,5oC. Hal ini disebabkan karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas pada bayi BBLR sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot belum cukup memadai.
Untuk mengatasi hipotermia pada BBLR yang sudah keluar dari inkubator dilakukan berbagai upaya, salah satunya dengan metode kanguru. Metode kanguru adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus-menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya adalah agar bayi tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi stabil, dimana suhu tubuh bayi dikatakan stabil yaitu 36,5o-37,5oC. Metode kanguru dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah setelah bayi pulang (Sudarti dan Khoirunnisa, 2010). Menurut Usman (2008), pada dasarnya mekanisme kerja metode kanguru adalah sama seperti perawatan canggih dalam inkubator yang berfungsi sebagai termoregulator memberikan lingkungan yang termonetral bagi setiap neonatus melalui aliran panas konduksi dan radiasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Usman (2008), di Bandung tentang keunggulan metode kanguru dibanding perawatan konvensional yang biasa dilakukan dirumah adalah pada kelompok dengan perawatan metode kanguru tidak pernah mengalami hipotermia dibandingkan dengan kelompok kontrol yang sebagian ada yang mengalami hipotermia.

Tidak ada komentar: