Kamis, 22 Maret 2012

Stress


1.    Pengertian stres
Stres adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (Hawari, 2008).
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan (Suliswati, 2005).
Stres adalah kejadian ekternal serta situasi lingkungan yang membebani kemampuan adaptasi individu, terutama berupa beban emosional dan kejiwaan (Tamher dan Noorkasiani, 2009).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa stres adalah respon tubuh terhadap kejadian ekternal serta situasi lingkungan yang membebani kemampuan adaptasi individu, yang sifatnya non spesifik disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan.

2.    Tipe kepribadian yang berisiko stres
Menurut Hawari (2008), dalam kaitannya dengan tipe kepribadian yang beresiko tinggi terkena stres (yaitu tipe “A”), Rosenmen & Chesney (dalam Hawari, 2008) menggambarkannya antara lain dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan), banyak jabatan rangkap.
b.    Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah (emosional).
c.    Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan (over confidence).
d.   Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam.
e.    Berkerja tidak mengenal waktu (workaholic).
f.     Pandai berorganisasi dan memimpin dan memerintah (otoriter)
g.    Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan
h.    Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba tergesa-gesa.
i.      Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan bila tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan.
j.      Tidak mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel).
k.    Bila berlibur pikirannya ke pekerjaan, tidak dapat santai.
l.      Berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali.
Sedangkan orang dengan kepribadian tipe “B” atau pola kepribadian tipe “B” adalah kebalikan dari tipe “A” tersebut diatas, yaitu dengan ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
a.    Ambisi wajar-wajar saja, tidak agresif dan sehat dalam kompetisi serta tidak memaksakan diri
b.    Penyabar, tenang, tidak mudah tersinggung dan tidak mudah marah (emosi terkendali)
c.    Kewaspadaan dalam batas yang wajar demikian pula kontrol diri dan percaya diri tidak berlebihan.
d.   Cara bicara tidak tergesah-gesah, bertindak pada saat yang tepat, perilaku tidak hiperaktif.
e.    Dapat mengatur waktu dalam bekerja (menyediakan waktu untuk beristirahat)
f.     Dalam berorganisasi dan memimpin bersikap akomodatif dan manusiawi.
g.    Lebih suka bekerjasama dan tidak memaksakan diri bila menghadapi tantangan
h.    Pandai mengatur waktu dan tenang (relaks), tidak tergesa-gesa.
i.      Mudah bergaul, ramah dan dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit)
j.      Tidak kaku (felksibel), dapat menghargai pendapat lain, tidak merasa dirinya paling benar.
k.    Dapat membebaskan diri dari segala macam problem kehidupan dan pekerjaan manakal sedang berlibur.
l.      Dalam mengendalikan segala sesuatunya mampu menahan serta mengendalikan diri.

3.    Tahapan stres
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, ditempat kerja ataupun dipergaulan lingkungan sosialnya. Menurut Amberg (dalam Hawari, 2008), dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut:
a.    Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
1)   Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
2)   Penglihatan “tajam” sebagai mana biasanya.
3)   Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai gugup yang berlebihan pula.
4)   Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
b.   Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” seperti tahap I mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepangan hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat antara lain dengan tidur yang cukup bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut:
1)   Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar
2)   Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
3)   Lekas merasa capai menjelang sore hari.
4)   Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort)
5)   Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
6)   Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
7)   Tidak bisa santai
c.    Stres tahap III
Pada stres tahap III, seseorang tetap memakasakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan seperti stres tahap II, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu:
1)   Gangguan lambung dan usus semakin nyata: misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare)
2)   Ketegangan otot semakin terasa
3)   Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.
4)   Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau terbangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak adapat kembali tidur (late insomnia)
5)   Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan)
d.   Stres tahap IV
Gejala stres yang muncul pada tahap IV, yaitu:
1)   Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
2)   Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
3)   Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (Adequate).
4)   Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
5)   Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.
6)   Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tidak semangat dan kegairahan
7)   Daya konsentrasi dan daya ingat menurun
8)   Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa menyebabnya.
e.    Stres tahap V
Tanda dari stres tahap V, yaitu:
1)   Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (psysical and psychological exhaustion).
2)   Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana.
3)   Gangguan sistem pencernaan dan semakin berat (gastro-intestinal disorder).
4)   Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
f.     Stres tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Gambaran stres tahap VI, adalah sebagai berikut:
1)   Debaran jantung teramat keras.
2)   Susah bernafas (sesak dan megap-megap).
3)   Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.
4)   Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.
5)   Pingsan atau kolaps (collapse).

4.    Reaksi Tubuh Terhadap Stres
Reaksi tubuh terhadap stres yang dihadapinya (Hawari, 2008), sebagai berikut:
a.    Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokkan rambut.
b.    Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c.    Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d.   Daya pikir
Kemampuan berpikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala atau pusing.
e.    Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk tersenyum atau tertawa dan kulit muka kedutan (tic facialis).
f.     Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.
g.    Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit juga berubah, kulit menjadi kering lebih kering.
h.    Sistem pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada.
i.      Sistem kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat ternganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat.
j.      Sistem pencernaan
Orang yang mengalami stre seringkali mengalami gangguan pada sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity).
k.    Sistem perkemihan
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun bukan penderita kencing manis.
l.      Sistem otot dan tulang
Stres dapat pula menimbulkan keluhan-keluhan pada otot dan tulang. Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang.
m.  Sistem endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi dan bila hal ini berkepanjangan bisa menyebabkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis, gangguan hormonal (menstruasi tidak teratur).
n.    Libido
Kegairahan seseorang di bidang seksual dapat pula terpengaruh karena stres, yang bersangkutan seringkali mengeluh libido menurun atau sebaliknya meningkat tidak sebagaimana biasanya.
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas Dan Depresi, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Suliswati. 2005. Konsep dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Tamher, S. Dan Noorkasiani, 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Tidak ada komentar: