1. Pengertian
stres
Stres adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan
beban atasnya (Hawari, 2008).
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan
dan tuntutan kehidupan (Suliswati, 2005).
Stres adalah kejadian ekternal serta situasi lingkungan yang membebani
kemampuan adaptasi individu, terutama berupa beban emosional dan kejiwaan
(Tamher dan Noorkasiani, 2009).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa stres adalah respon
tubuh terhadap kejadian ekternal serta situasi lingkungan yang membebani
kemampuan adaptasi individu, yang sifatnya non spesifik disebabkan oleh
perubahan dan tuntutan kehidupan.
2. Tipe
kepribadian yang berisiko stres
Menurut Hawari (2008), dalam kaitannya dengan tipe kepribadian yang
beresiko tinggi terkena stres (yaitu tipe “A”), Rosenmen & Chesney (dalam
Hawari, 2008) menggambarkannya antara lain dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Ambisius,
agresif dan kompetitif (suka akan persaingan), banyak jabatan rangkap.
b.
Kurang
sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah (emosional).
c.
Kewaspadaan
berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan (over confidence).
d.
Cara
bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam.
e.
Berkerja
tidak mengenal waktu (workaholic).
f.
Pandai
berorganisasi dan memimpin dan memerintah (otoriter)
g.
Lebih
suka bekerja sendirian bila ada tantangan
h.
Kaku
terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba tergesa-gesa.
i.
Mudah
bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan bila tidak tercapai
maksudnya mudah bersikap bermusuhan.
j.
Tidak
mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel).
k.
Bila
berlibur pikirannya ke pekerjaan, tidak dapat santai.
l.
Berusaha
keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali.
Sedangkan orang dengan kepribadian tipe “B” atau pola kepribadian tipe “B”
adalah kebalikan dari tipe “A” tersebut diatas, yaitu dengan ciri-ciri antara
lain sebagai berikut:
a.
Ambisi
wajar-wajar saja, tidak agresif dan sehat dalam kompetisi serta tidak
memaksakan diri
b.
Penyabar,
tenang, tidak mudah tersinggung dan tidak mudah marah (emosi terkendali)
c.
Kewaspadaan
dalam batas yang wajar demikian pula kontrol diri dan percaya diri tidak
berlebihan.
d.
Cara
bicara tidak tergesah-gesah, bertindak pada saat yang tepat, perilaku tidak
hiperaktif.
e.
Dapat
mengatur waktu dalam bekerja (menyediakan waktu untuk beristirahat)
f.
Dalam
berorganisasi dan memimpin bersikap akomodatif dan manusiawi.
g.
Lebih
suka bekerjasama dan tidak memaksakan diri bila menghadapi tantangan
h.
Pandai
mengatur waktu dan tenang (relaks), tidak tergesa-gesa.
i.
Mudah
bergaul, ramah dan dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit)
j.
Tidak
kaku (felksibel), dapat menghargai
pendapat lain, tidak merasa dirinya paling benar.
k.
Dapat
membebaskan diri dari segala macam problem kehidupan dan pekerjaan manakal
sedang berlibur.
l.
Dalam
mengendalikan segala sesuatunya mampu menahan serta mengendalikan diri.
3. Tahapan
stres
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat dan baru dirasakan bilamana
tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik
di rumah, ditempat kerja ataupun dipergaulan lingkungan sosialnya. Menurut
Amberg (dalam Hawari, 2008), dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres
sebagai berikut:
a. Stres
tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
1)
Semangat
bekerja besar, berlebihan (over acting)
2)
Penglihatan
“tajam” sebagai mana biasanya.
3)
Merasa
mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan
energi dihabiskan (all out) disertai
gugup yang berlebihan pula.
4)
Merasa
senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa
disadari cadangan energi semakin menipis.
b. Stres
tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” seperti tahap I
mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan
energi tidak lagi cukup sepangan hari karena tidak cukup waktu untuk
beristirahat. Istirahat antara lain dengan tidur yang cukup bermanfaat untuk
mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan
yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah
sebagai berikut:
1)
Merasa
letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar
2)
Merasa
mudah lelah sesudah makan siang.
3)
Lekas
merasa capai menjelang sore hari.
4)
Sering
mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel
discomfort)
5)
Detakan
jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
6)
Otot-otot
punggung dan tengkuk terasa tegang
7)
Tidak
bisa santai
c. Stres
tahap III
Pada stres tahap III, seseorang tetap memakasakan diri dalam pekerjaannya
tanpa menghiraukan keluhan-keluhan seperti stres tahap II, maka yang
bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu
yaitu:
1)
Gangguan
lambung dan usus semakin nyata: misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air
besar tidak teratur (diare)
2)
Ketegangan
otot semakin terasa
3)
Perasaan
ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.
4)
Gangguan
pola tidur (insomnia), misalnya sukar
untuk mulai tidur (early insomnia),
atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau terbangun terlalu pagi atau dini hari dan
tidak adapat kembali tidur (late insomnia)
5)
Koordinasi
tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan)
d. Stres
tahap IV
Gejala stres yang muncul pada tahap IV, yaitu:
1)
Untuk
bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
2)
Aktivitas
pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan
dan terasa lebih sulit.
3)
Yang
semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons
secara memadai (Adequate).
4)
Ketidakmampuan
untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
5)
Gangguan
pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.
6)
Seringkali
menolak ajakan (negativism) karena tidak semangat dan kegairahan
7)
Daya
konsentrasi dan daya ingat menurun
8)
Timbul
perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa menyebabnya.
e. Stres
tahap V
Tanda dari stres tahap V, yaitu:
1)
Kelelahan
fisik dan mental yang semakin mendalam (psysical
and psychological exhaustion).
2)
Ketidakmampuan
untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana.
3)
Gangguan
sistem pencernaan dan semakin berat (gastro-intestinal disorder).
4)
Timbul
perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan
panik.
f. Stres
tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati.
Gambaran stres tahap VI, adalah sebagai berikut:
1)
Debaran
jantung teramat keras.
2)
Susah
bernafas (sesak dan megap-megap).
3)
Sekujur
badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.
4)
Ketiadaan
tenaga untuk hal-hal yang ringan.
5)
Pingsan
atau kolaps (collapse).
4. Reaksi
Tubuh Terhadap Stres
Reaksi tubuh terhadap stres yang dihadapinya (Hawari, 2008), sebagai
berikut:
a.
Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna
menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum
waktunya, demikian pula dengan kerontokkan rambut.
b.
Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas
karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami
kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c.
Telinga
Pendengaran
seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d.
Daya
pikir
Kemampuan berpikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi
pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala atau pusing.
e.
Ekspresi
wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak
serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk tersenyum atau tertawa dan
kulit muka kedutan (tic facialis).
f.
Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain
daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga sukar menelan,
hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa
“tercekik”.
g.
Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit
dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi
lain kelembaban kulit juga berubah, kulit menjadi kering lebih kering.
h.
Sistem
pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya
nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran
pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada.
i.
Sistem
kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat ternganggu
faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar
(dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga bersangkutan
nampak mukanya merah atau pucat.
j.
Sistem
pencernaan
Orang yang mengalami stre seringkali mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal ini
disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity).
k.
Sistem
perkemihan
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga
terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil
lebih sering dari biasanya, meskipun bukan penderita kencing manis.
l.
Sistem
otot dan tulang
Stres dapat pula menimbulkan keluhan-keluhan pada otot dan tulang. Yang bersangkutan
sering mengeluh otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang.
m. Sistem endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres
adalah kadar gula yang meninggi dan bila hal ini berkepanjangan bisa
menyebabkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis, gangguan
hormonal (menstruasi tidak teratur).
n.
Libido
Kegairahan seseorang di bidang seksual dapat pula terpengaruh karena stres,
yang bersangkutan seringkali mengeluh libido menurun atau sebaliknya meningkat
tidak sebagaimana biasanya.
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas Dan Depresi, Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Suliswati. 2005. Konsep dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Tamher, S. Dan
Noorkasiani, 2009. Kesehatan Usia Lanjut
dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar