1.
Pengertian
water birth
Menurut Aiennuha (2009) water birth adalah suatu metode
melahirkan secara normal melalui vagina yang dilakukan di dalam air hangat
dengan suhu yang mirip dengan suhu rahim
ibu, yaitu 37o
C. Menurut Water birth Internasional
(2000) ibu akan masuk kedalam kolam pada pada saat memasuki fase aktif atau
antara pembukaan keempat sampai kesepuluh. Apabila ibu masuk ke dalam kolam
terlalu awal, yaitu pada fase laten maka dapat memperlambat kontraksi dan
dikaitkan dengan persalinan yang lama.
Pengertian water birth secara lebih rinci dijelaskan oleh Sanjaya (2009) dalam
workshop yang diadakan oleh Bali Water
birth Associational pada Juni 2009 yaitu water birth adalah salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, di mana ibu
hamil aterm tanpa komplikasi, bersalin dengan jalan berendam dalam air hangat (yang
dilakukan di dalam bathtub
atau kolam) dengan tujuan menggurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi sensasi
rasa nyaman.
Menurut Wibisono dan Dewi (2000)
terdapat dua macam tehnik persalinan water
birth, yaitu water birth murni
dan water birth emulsion. Water birth murni yaitu ibu masuk
kedalam kolam sampai proses melahirhan berakhir, sedangkan water birth emulsion yaitu ibu hanya berada di dalam kolam hingga
pembukaan lengkap dan proses melahirkan dilakukan di tempat tidur.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas maka yang dimaksud dengan water
birth dalam penelitian ini adalah suatu metode melahirkan secara normal,
dimana dengan prosedur saat fase ibu masuk ke dalam kolam yang berisi air
hangat dengan suhu 340-370 yang suhunya disesuaikan
dengan suhu dalam rahim ibu sampai proses melahirkan berakhir atau ibu hanya
berada di dalam kolam hingga kontraksi akhir namun melahirkan bayi dilakukan di
tempat tidur.
2.
Syarat
- syarat water birth
Menurut
Wiknjosastro (dalam Suyono dkk, 2007)
ibu yang akan melakukan persalinan dengan metode water birth harus berada dalam rentang reproduksi sehat. Kurun
reproduksi sehat merupakan usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan, yaitu
antara 20 sampai 35 tahun karena pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari
35 tahun beresiko terjadinya komplikasi persalinan, terutama kematian maternal.
Terdapat
beberapa syarat yang harus dipenuhi ibu untuk melahirkan dengan metode water birth (Danuatmaja dan Meiliasari,
2004), antara lain:
a. Usia
kehamilan tidak kurang dari 37-42 minggu atau bukan persalinan premature
b.
Tekanan
darah ibu normal (110-120/70-80 mmHg).
c. Ibu
hanya melahirkan satu bayi.
d. Bayi
sehat dan normal berdasarkan pemeriksaan USG.
e. Persalinan
normal, tanpa induksi.
3.
Kontraindikasi
water birth
Terdapat beberapa kontraindikasi persalinan waret birth (Aiennuha, 2009), antara
lain :
a. Ibu
mengalami toksemia atau preeklampsia.
b. Ibu
mengalami pendarahan berlebihan
c. Hamil
kembar dua atau lebih
d. Terdapat
mekonium parah
e. Bayi
letak sungsang
Menurut
Haper (2006) terdapat kontraindikasi controversial untuk persalinan dengan
metode water birth dalam Guidelines for a Safe Water birth, yaitu
:
a. Ibu
yang mengalami infeksi menular, seperti HIV, Hepatitis, Herpes.
b. Bayi
dengan distosia bahu.
c. Ibu
yang menggunakan obat sedative atau epidural.
4.
Manfaat
water birth
Terdapat beberapa menfaat dari persalinan water birth, antara lain :
a. Relaksasi
Jika
ibu mengalami ketegangan maka kontraksi dapat dirasakan menyakitkan. Hal ini
memberikan dampak pembukaan serviks tidak lancar sehingga persalinan menjadi
macet. Water birth dapat memberikan
ibu dampak relaksasi yang memicu pengurangan rasa sakit sehngga dapat
mengendalikan diri menghadapi kontraksi (Danuatmaja dan Meiliasari, 2004).
b. Kontraksi
efektif
Di dalam air hangat otot otot
persalinan mengalami relaksasi
dan ibu tidak membuang energi untuk tegang. Seluruh energy dapat dipergunakan
rahim untuk kontraksi efektif sehingga persalinan menjadi lebih cepat
(Danuatmaja dan Meiliasari, 2004; Chaichian, 2009).
c. Elastisitas
vagina dan perineum
Berendam di dalam air hangat dapat membuat
rileks otot tubuh termasuk otot otot panggul ibu, yaitu meningkatkan diameter
otot pelvis dan pelebaran panggul ibu (Putri, 2010). Air hangat juga membantu
meningkatkan aliran darah dalam jaringan Hal tersebut dapat menyebabkan vagina
dan perineum menjadi elastis sehingga proses persalinan lancar serta
pengeluaran bayi menjadi mudah
(Suririnah, 2008; Harper, 2006).
d. Mengurangi
rasa sakit
Pada
saat ibu berendam di dalam air hangat maka tubuh ibu akan rileks dan rasa sakit
yang dirasakan berkurang sehingga terjadi penurunan produksi hormone adrenalin.
Hal tersebut dapat menstimulasi pelepasan hormon endorfin yang berfungsi untuk
menghambat rasa sakit, sehingga dapat mempermudah proses persalinan (Suririnah,
2008) dan mencegah penggunaan obat epidural maupun intramuskular (Henderson dan Jones,
2006).
e. Mekanisme
koping dan peningkatan konsentrasi mengejan
Water
birth dapat sebagai mekanisme koping bagi ibu. Air dapat membawa ibu yang
akan melahirkan sampai ke tahap kesadaran tertentu sehingga rasa takut dan
cemas berkurang bahkan hilang sama sekali. Dari segi psikologis perasaan tenang
dan nyaman mengurangi perasaan takut ibu saat menghadapi stressornya, yaitu
persalinannya. Jika perasaan cemas, takut, khawatir, dan panik yang dialami
oleh ibu maka hal tersebut dapat membuat dirinya menjadi stress ketika
menghadapi proses persalinan. Perasaan tidak nyaman seperti stress tersebut
dapat membuat rasa sakit yang dialami terasa semakin berat. Apabila perasaan
tersebut dihilangkan maka proses persalinan dapat dirasakan sebagai proses yang
bahagia dan menyenangkan. Selain itu, dari segi fisik pada saat berendam di
dalam air hangat ibu akan mengalami perasaan yang tenang dan nyaman sehingga konsentrasi ibu untuk mengejan
meningkat. Peningkatan
konsentrasi ini dapat menyebabkan proses melahirkan menjadi lebih cepat dan
lancar (Desinta, 2008).
f. Peningkatan
produksi oksitosin oleh tubuh ibu
Tubuh
memiliki oksitosin sendiri (yang mempunyai efek yang sangat berbeda dengan
oksitosin sintetis yang digunakan untuk induksi persalinan) yang diproduksi
oleh kelenjar pituitary dalam jumlah yang banyak. Kemajuan persalianan menjadi
lebih cepat dengan adanya oksitosin (Yuliatun, 200). Menurut Leifer (2006)
stimulasi air yang mengenai puting
susu dapat meningkatkan kontraksi uterus karena stimulasi tersebut merangsang
kelenjar pituitari untuk melepaskan oksitosin. Ibu yang melahirkan dengan
metode water birth jarang memerlukan
bantuan oksitosin tambahan untuk mempercepat proses persalinannya, perbedaanya
menjadi signifikan pada tahap kedua (Henderson
dan Jones, 2006).
g. Pemilihan
posisi yang nyaman
Menurut WHO (dalam Lestari, 2009) posisi bersalin dapat
mempengaruhi lamanya proses persalinan. Ibu yang lebih banyak bergerak dan
dibiarkan memilih posisi yang dirasakan paling nyaman mengalami proses
persalinan yang lebih singkat dan rasa nyeri berkurang. Pada persalinan water birth, ibu dapat bergerak bebas
karena air dapat menguragi berat badan ibu dan ibu lebih leluasa menentukan
posisinya saat melahirkan sehingga melahirkan menjadi lebih nyaman (Bidan kita,
2009)
5.
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam prosedur persalinan water birth
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam prosedur persalinan water birth (Sanjaya, 2009), yaitu :
a. Penolong
harus memastikan bahwa kesejahteraan ibu dan bayi dimonitor dengan baik serta
memastikan bahwa semua observasi yang dilakukan pada ibu dan bayi sama dengan
persalinan normal biasa.
b. Air
di dalam kolam persalinan diisi setinggai payudara ibu saat duduk di dalam kolam, dan
vulva atau perennial ibu harus sepenuhnya terendam dalam air.
c.
Ibu
dapat memilih posisi yang nyaman untuk dirinya sendiri saat persalinan.
d.
Ibu
dapat keluar dari kolam persalinan kapanpun yang diinginkan.
e.
Ibu
dapat keluar dari kolam persalinan jika terjadi komplikasi
saat persalinan.
f.
Catat
waktu ibu saat mulai memasuki kolam dan saat keluar dari kolan persalinan.
g. Penolong
harus berada dakam ruangan selama persalinan.
h. Suhu
air yang optimal digunakan berkisar 340 – 370 suhu air tidak boleh melebihi 370 C
karena suhu janin 10 C lebih tinggi dari ibu selama kehamilan.
i.
Pantau
suhu air dalam kolam persalinan setiap 1 jam dan catat pada patograf.
j.
Anjurkan
ibu untuk banyak minum, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada ibu saat
persalinan.
k.
Pemeriksaan
vagina akan dilakukan di dalam kolam jika dianggap perlu.
*Dari berbagai sumber...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar