Kamis, 22 Maret 2012

Water Birth


1.        Pengertian water birth
            Menurut Aiennuha (2009) water birth adalah suatu metode melahirkan secara normal melalui vagina yang dilakukan di dalam air hangat dengan suhu yang mirip dengan suhu  rahim ibu, yaitu 37o C. Menurut Water birth Internasional (2000) ibu akan masuk kedalam kolam pada pada saat memasuki fase aktif atau antara pembukaan keempat sampai kesepuluh. Apabila ibu masuk ke dalam kolam terlalu awal, yaitu pada fase laten maka dapat memperlambat kontraksi dan dikaitkan dengan persalinan yang lama.
            Pengertian water birth secara lebih rinci dijelaskan oleh Sanjaya (2009) dalam workshop yang diadakan oleh Bali Water birth Associational pada Juni 2009 yaitu water birth adalah salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, di mana ibu hamil aterm tanpa komplikasi, bersalin dengan jalan berendam dalam air hangat (yang dilakukan di dalam bathtub atau kolam) dengan tujuan menggurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi sensasi rasa nyaman.
            Menurut Wibisono dan Dewi (2000) terdapat dua macam tehnik persalinan water birth, yaitu water birth murni dan water birth emulsion. Water birth murni yaitu ibu masuk kedalam kolam sampai proses melahirhan berakhir, sedangkan water birth emulsion yaitu ibu hanya berada di dalam kolam hingga pembukaan lengkap dan proses melahirkan dilakukan di tempat tidur.
            Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka yang dimaksud dengan water birth dalam penelitian ini adalah suatu metode melahirkan secara normal, dimana dengan prosedur saat fase ibu masuk ke dalam kolam yang berisi air hangat dengan suhu 340-370 yang suhunya disesuaikan dengan suhu dalam rahim ibu sampai proses melahirkan berakhir atau ibu hanya berada di dalam kolam hingga kontraksi akhir namun melahirkan bayi dilakukan di tempat tidur.

2.    Syarat - syarat water birth
Menurut Wiknjosastro (dalam Suyono dkk, 2007) ibu yang akan melakukan persalinan dengan metode water birth harus berada dalam rentang reproduksi sehat. Kurun reproduksi sehat merupakan usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan, yaitu antara 20 sampai 35 tahun karena pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun beresiko terjadinya komplikasi persalinan, terutama kematian maternal.
Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi ibu untuk melahirkan dengan metode water birth (Danuatmaja dan Meiliasari, 2004), antara lain:
a.    Usia kehamilan tidak kurang dari 37-42 minggu atau bukan persalinan premature
b.    Tekanan darah ibu normal (110-120/70-80 mmHg).
c.    Ibu hanya melahirkan satu bayi.
d.   Bayi sehat dan normal berdasarkan pemeriksaan USG.
e.    Persalinan normal, tanpa induksi.

3.    Kontraindikasi water birth
Terdapat beberapa kontraindikasi persalinan waret birth (Aiennuha, 2009), antara lain :
a.    Ibu mengalami toksemia atau preeklampsia.
b.    Ibu mengalami pendarahan berlebihan
c.    Hamil kembar dua atau lebih
d.   Terdapat mekonium parah
e.    Bayi letak sungsang
Menurut Haper (2006) terdapat kontraindikasi controversial untuk persalinan dengan metode water birth dalam Guidelines for a Safe Water birth, yaitu :
a.    Ibu yang mengalami infeksi menular, seperti HIV, Hepatitis, Herpes.
b.    Bayi dengan distosia bahu.
c.    Ibu yang menggunakan obat sedative atau epidural.

4.    Manfaat water birth
     Terdapat beberapa menfaat dari persalinan water birth, antara lain :
a.    Relaksasi
Jika ibu mengalami ketegangan maka kontraksi dapat dirasakan menyakitkan. Hal ini memberikan dampak pembukaan serviks tidak lancar sehingga persalinan menjadi macet. Water birth dapat memberikan ibu dampak relaksasi yang memicu pengurangan rasa sakit sehngga dapat mengendalikan diri menghadapi kontraksi (Danuatmaja dan Meiliasari, 2004).
b.    Kontraksi efektif
            Di dalam air hangat otot otot persalinan mengalami relaksasi dan ibu tidak membuang energi untuk tegang. Seluruh energy dapat dipergunakan rahim untuk kontraksi efektif sehingga persalinan menjadi lebih cepat (Danuatmaja dan Meiliasari, 2004; Chaichian, 2009).
c.    Elastisitas vagina dan perineum
            Berendam di dalam air hangat dapat membuat rileks otot tubuh termasuk otot otot panggul ibu, yaitu meningkatkan diameter otot pelvis dan pelebaran panggul ibu (Putri, 2010). Air hangat juga membantu meningkatkan aliran darah dalam jaringan Hal tersebut dapat menyebabkan vagina dan perineum menjadi elastis sehingga proses persalinan lancar serta pengeluaran  bayi menjadi mudah (Suririnah, 2008; Harper, 2006).
d.   Mengurangi rasa sakit
Pada saat ibu berendam di dalam air hangat maka tubuh ibu akan rileks dan rasa sakit yang dirasakan berkurang sehingga terjadi penurunan produksi hormone adrenalin. Hal tersebut dapat menstimulasi pelepasan hormon endorfin yang berfungsi untuk menghambat rasa sakit, sehingga dapat mempermudah proses persalinan (Suririnah, 2008) dan mencegah penggunaan obat epidural maupun intramuskular (Henderson dan Jones, 2006).
e.    Mekanisme koping dan peningkatan konsentrasi mengejan
            Water birth dapat sebagai mekanisme koping bagi ibu. Air dapat membawa ibu yang akan melahirkan sampai ke tahap kesadaran tertentu sehingga rasa takut dan cemas berkurang bahkan hilang sama sekali. Dari segi psikologis perasaan tenang dan nyaman mengurangi perasaan takut ibu saat menghadapi stressornya, yaitu persalinannya. Jika perasaan cemas, takut, khawatir, dan panik yang dialami oleh ibu maka hal tersebut dapat membuat dirinya menjadi stress ketika menghadapi proses persalinan. Perasaan tidak nyaman seperti stress tersebut dapat membuat rasa sakit yang dialami terasa semakin berat. Apabila perasaan tersebut dihilangkan maka proses persalinan dapat dirasakan sebagai proses yang bahagia dan menyenangkan. Selain itu, dari segi fisik pada saat berendam di dalam air hangat ibu akan mengalami perasaan yang tenang dan nyaman sehingga konsentrasi ibu untuk mengejan meningkat. Peningkatan konsentrasi ini dapat menyebabkan proses melahirkan menjadi lebih cepat dan lancar (Desinta, 2008).
f.     Peningkatan produksi oksitosin oleh tubuh ibu
Tubuh memiliki oksitosin sendiri (yang mempunyai efek yang sangat berbeda dengan oksitosin sintetis yang digunakan untuk induksi persalinan) yang diproduksi oleh kelenjar pituitary dalam jumlah yang banyak. Kemajuan persalianan menjadi lebih cepat dengan adanya oksitosin (Yuliatun, 200). Menurut Leifer (2006) stimulasi air yang mengenai puting susu dapat meningkatkan kontraksi uterus karena stimulasi tersebut merangsang kelenjar pituitari untuk melepaskan oksitosin. Ibu yang melahirkan dengan metode water birth jarang memerlukan bantuan oksitosin tambahan untuk mempercepat proses persalinannya, perbedaanya menjadi signifikan pada tahap kedua (Henderson dan Jones, 2006).
g.    Pemilihan posisi yang nyaman
Menurut WHO (dalam Lestari, 2009) posisi bersalin dapat mempengaruhi lamanya proses persalinan. Ibu yang lebih banyak bergerak dan dibiarkan memilih posisi yang dirasakan paling nyaman mengalami proses persalinan yang lebih singkat dan rasa nyeri berkurang. Pada persalinan water birth, ibu dapat bergerak bebas karena air dapat menguragi berat badan ibu dan ibu lebih leluasa menentukan posisinya saat melahirkan sehingga melahirkan menjadi lebih nyaman (Bidan kita, 2009)

5.    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam prosedur persalinan water birth
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam prosedur persalinan water birth (Sanjaya, 2009), yaitu :
a.    Penolong harus memastikan bahwa kesejahteraan ibu dan bayi dimonitor dengan baik serta memastikan bahwa semua observasi yang dilakukan pada ibu dan bayi sama dengan persalinan normal biasa.
b.    Air di dalam kolam persalinan diisi setinggai payudara ibu saat duduk di dalam kolam, dan vulva atau perennial ibu harus sepenuhnya terendam dalam air.
c.    Ibu dapat memilih posisi yang nyaman untuk dirinya sendiri saat persalinan.
d.   Ibu dapat keluar dari kolam persalinan kapanpun yang diinginkan.
e.    Ibu dapat keluar dari kolam persalinan jika terjadi komplikasi saat persalinan.
f.     Catat waktu ibu saat mulai memasuki kolam dan saat keluar dari kolan persalinan.
g.    Penolong harus berada dakam ruangan selama persalinan.
h.    Suhu air yang optimal digunakan berkisar 340 – 370  suhu air tidak boleh melebihi 370 C karena suhu janin 10 C lebih tinggi dari ibu selama kehamilan.
i.      Pantau suhu air dalam kolam persalinan setiap 1 jam dan catat pada patograf.
j.      Anjurkan ibu untuk banyak minum, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada ibu saat persalinan.
k.    Pemeriksaan vagina akan dilakukan di dalam kolam jika dianggap perlu.
*Dari berbagai sumber...

Tidak ada komentar: