Perilaku Kemarahan pada
Klien Gangguan Jiwa
1.
Pengertian
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan, disamping itu perilaku juga diartikan
sebagai respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)
(Notoatmodjo, 2007). Benyamin Bloom (dalam Notoatmodjo, 2007), perilaku manusia
dibagi menjadi 3 domain, yaitu pengetahuan (knowledge),
sikap (attitude), dan praktik atau
tindakan (practice).
Kemarahan (anger)
adalah suatu emosi yang terentang mulai iritabilitas sampai agresivitas yang
dialami oleh semua orang, biasanya kemarahan adalah reaksi terhadap stimulus
yang tidak menyenangkan dan mengancam (Yosep, 2009).
Kemarahan adalah emosi yang normal pada manusia
yakni respons emosional yang kuat dan tidak menyenangkan terhadap suatu
provokasi baik nyata ataupun yang dipersepsikan individu (Videbeck, 2008).
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sunden, dalam Yosep, 2009).
2.
Rentang perilaku kemarahan
Perilaku atau respon kemarahan dapat berflutuatif
dalam rentang adaptif sampai maladaptif. Rentang respon marah menurut Stuart
dan Sundeen (dalam Sulistyowati, 2009), dimana amuk (perilaku kekerasan) dan
agresif berada pada rentang maladaptif, seperti pada gambar berikut:
Respon adaptif Respon
Maladaptif
<___________________________________________________________________>
Asertif
|
Frustasi
|
Agresif
|
Kekerasan
|
Gambar 1
Rentang Respon Kemarahan
Keterangan:
a.
Asertif, merupakan ungkapan rasa
tidak setuju atau kemarahan yang dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti
orang lain sehingga akan memberikan kelegaan dan tidak menimbulkan masalah.
Asertif merupakan bentuk perilaku untuk menyampaikan perasaan diri dengan
kepastian dan memperhatikan komunikasi yang menunjukkan respek pada orang lain
(Stuart dan Laraia, 2005).
b.
Frustasi, adalah respon yang
terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang tidak realistis atau hambatan dalam pencapaian
tujuan.
c.
Pasif, merupakan kelanjutan dari
frustasi, dalam keadaan ini individu tidak menemukan alternatif lain
penyelesaian masalah, sehingga terlihat pasif dan tidak mampu mengungkapkan
perasaannya.
d.
Agresif, adalah perilaku yang
menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak destruktif tapi masih
terkontrol. Perilaku yang tampak berupa muka masam, bicara kasar, menuntut, dan
kasar.
e.
Amuk (perilaku kekerasan), yaitu
perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri, sehingga
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Fitria (2009), mengungkapkan bahwa perbedaan
perilaku atau respon kemarahan adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Perbedaan
Perilaku atau Respon Kemarahan
Pasif
|
Frustasi
|
Asertif
|
Agresif
|
Amuk
|
|
Isi pembicaraan
|
Negatif dan meremehkan diri, contohnya
perkataan: “Dapatkah saya?”
“Dapatkah kamu?”
|
Lebih banyak
diam, contohnya “saya malas...”
|
Positif dan menawarkan diri, contohnya
“Saya dapat......”
“Saya akan.....”
|
Menyombonngkan diri, merendahkan orang
lain, contohnya perkataan: “Kamu selalu....”
“Kamu tidak pernah.....”
|
Kata-kata
kasar dan menghina “Saya pukul kamu.....”
|
Tekanan suara
|
Cepat lambat, mengeluh
|
Lemah
|
Sedang
|
Keras dan ngotot
|
Keras,
membentak
|
Posisi badan
|
Menunduk kan kepala
|
Kadang-kadang
menundukkan kepala
|
Tegap dan santai
|
Kaku, condong ke depan
|
Menyerang dan posisi mau memukul
|
Jarak
|
Menjaga jarak dengan sikap
acuh/mengabaikan
|
Menjauh
|
Mempertahankan jarang yang nyaman
|
Siap dengan jarak akan menyerang orang
lain
|
Mendekat mau
menyerang
|
Penampilan
|
Loyo, tidak dapat tenang
|
Sedikit tegang
|
Sikap tenang
|
Mengancam, posisi menyerang
|
Posisi
menyerang
|
Kontak mata
|
Sedikit atau sama sekali tidak
|
Sedikit
|
Mempertahankan kontak mata sesuai dengan
hubungan
|
Mata melotot dan dipertahankan
|
Mata melotot
|
3.
Etiologi kemarahan
Etiologi kemarahan, ada dua yaitu teori neurobiologi
dan teori psikososial (Videbeck, 2008), yaitu:
a.
Teori neurobiologi
Peran neurotransmiter dalam studi tentang
kemarahan telah dipelajari pada hewan dan manusia, tetapi tidak ada satu pun
penyebab yang ditemukan. Hasil temuan menyatakan bahwa serotonin berperan
sebagai inhibitor utama perilaku kemarahan (Videbeck, 2008).
b.
Teori psikososial
Bayi dan todler mengekspresikan diri dengan suara
keras dan intens. Hal normal pada tahap pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Temper tantrum merupakan respons yang biasa terjadi pada todler yang
keinginannya tidak terpenuhi (Videbeck, 2008).
4.
Proses terjadinya kemarahan
Stres, cemas, marah merupakan bagian kehidupan
sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stres dapat menyebabkan kecemasan
yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat
menimbulkan kemarahan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara,
yaitu: mengungkapkan secara verbal, menekan dan menantang. Kemarahan diawali
oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal. Stressor
internal seperti penyakit, hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor ekternal
bisa berasal dari ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga, tertipu,
penggusuran, bencana dan sebagainya, hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan
atau gangguan pada sistem individu (disruption
and loss). Terpenting adalah bagaimana seorang individu memaknai setiap
kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan tersebut (personal meaning) (Videbeck, 2008).
5.
Pengkajian pada klien dengan perilaku kemarahan
Pada dasarnya pengkajian pada klien dengan
perilaku kemarahan ditujukan pada semua aspek, yaitu
biopsikososial-kultural-spiritual (Yosep, 2009).
a.
Aspek biologi
Respon fisiologis timbul kegiatan sistem saraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan darah meningkat,
takhikardia, wajah merah, pupil melebar, dan frekuensi pengeluaran urine
meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatkan
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan energi yang dikeluarkan saat marah
bertambah.
b.
Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa
tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin berkelahi, ngamuk, bermusuhan,
sakit hati, menyalahgunakan dan menuntut. Perilaku menarik perhatian dan
timbulnya konflik pada diri sendiri perlu dikaji seperti melarikan diri, bolos
dari sekolah, mecuri, menimbulkan kebakaran, dan penyimpangan seksual.
c.
Aspek intelektual
Pengalaman kehidupan individu sebagain besar
didapatkan melalui proses intelektual. Peran pancaindera sangat penting untuk
beradaptasi pada lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual
sebagai suatu pengalaman.
d.
Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa
percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan dari orang
lain. Menimbulkan penolakan dari orang lain, sebagain klien menyalurkan
kemarahn dengan nilai dan mengkritik tingkah laku orang lain, sehingga orang lain
merasa sakit hati. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri
menjauhkan dari orang lain.
e.
Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai, dan moral mempengaruhi
ungkapan marah individu. Aspek tersebut mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal ini bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan
kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa. Individu
yang percaya kepada Tuhan, selalu meminta kebutuhan dan bimbingan kepada-Nya.
6.
Tindakan keperawatan terhadap perilaku kemarahan
Rowlins, Williams dan Beck (dalam Sulistyowati,
2009), menyatakan bahwa tindakan penanganan perilaku kemarahan difokuskan pada
aspek fisik, inteletual, emosional dan sosial spiritual. Yosep (2009),
menyatakan bahwa perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk
mencegah dan manajemen perilaku kemarahan. Intervensi dapat melalui rentang
intervensi keperawatan, seperti pada gambar berikut:
Strategi preventif
|
Strategi antisipatif
|
Strategi pengurungan
|
Kesadaran diri
|
Komunikasi
|
Managemen krisis
|
Pendidikan klien
|
Perubahan lingkungan
|
Seclusion
|
Latihan asertif
|
Tindakan perilaku
|
Restrain
|
Psikofarmakologi
|
Gambar 2
Rentang Tindakan Keperawatan Terhadap
Perilaku Kemarahan
Keterangan:
a.
Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang
dihadapinya dapat mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat merasa letih,
cemas, marah, atau apatis makan akan sulit baginya untuk membuat klien
tertarik. Oleh karenanya, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah,
maka energi yang dimilikinya bagi klien menjadi berkurang. Untuk mencegah semua
itu, maka perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan
melakukan supervisi dengan memisahkan antara masalah pribadi dan masalah klien.
b.
Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan yang diberikan mengenai cara
berkomunikasi dan cara mengekspresikan marah yang tepat. Banyak klien yang
mengalami kesulitasn mengekspresikan perasaanya, kebutuhan, hasrat, dan bahkan
kesulitan mengkomunikasikan semua ini kepada orang lain. Jadi dengan
berkomunikasi diharapakan agar klien mau mengekspresikan perasaannya, lalu
perawat menilai apakah respon yang diberikan klien adaptif atau maladaptif,
salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan terapi menggambar, sehingga
klien dapat mengekpresikan perasaannya melalui gambar.
c.
Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat, meliputi:
1)
Berkomunikasi secara langsung
dengan setiap orang
2)
Mengatakan “tidak” untuk sesuatu
yang tidak beralasan
3)
Sanggup melakukan komplain
4)
Mengekspresikan penghargaan dengan
tepat
d.
Komunikasi
Strategi komunikasi dengan klien perilaku kemarahan, yaitu:
1)
Bersikap tenang
2)
Bicara lembut
3)
Bicara tidak dengan cara
menghakimi
4)
Bicara netral dan dengan cara yang
konkrit
5)
Tunjukkan respek pada klien
6)
Hindari intensitas kontak mata
langsung
7)
Demonstrasikan cara mengontrol
situasi tanpa kesan berlebihan
8)
Fasilitasi pembicaraan klien
9)
Dengarkan klien
10)
Jangan buru-buru
menginterprestasikan
11)
Jangan buat janji yang tidak dapat
ditepati
e.
Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya penyediakan berbagai aktivitas
seperti: membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak
sesuai dan meningkatkan adaptasi sosial.
f.
Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien
mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima,
konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar, dan apa saja kontribusi
perawat selama perawatan.
g.
Psikofarmakologi
Intervensi farmakologi terbukti efektif dalam
manajemen perilaku kekerasan. Pemberian pengobatan sebaiknya dilakukan per
oral, jika kondisi klien memungkinkan. Pemberian melalui injeksi intramuskuler
meningkatkan resiko efek samping trauma bagi klien. Pengobatan yang diberikan
meliputi obat-obatan golongan anti ansietas dan hipnotik sedatif, antidepresi,
stabilasi mood, antipsikotik dan obat-obatan golongan lainnya (Stuart dan
Laraia, 2005).
h.
Managemen krisis
Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil,
maka diperlukan intervensi yang lebih aktif dengan penanganan kedaruratan
psikiatri dengan pimpinan tim krisis yang bertanggung jawab selama 24 jam.
i.
Seclusion
Pengekangan fisik merupakan tindakan yang
terakhir, dimana pengekangan ada dua macam pengekangan fisik secara mekanik
atau dengan isolasi klien.
j.
Restrain
Merupakan terapi dengan menggunakan alat-alat
mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP): Untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat Bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Setya. 2011. Assertive
Training. Available: http://setyafi.multiply.com/journal/
item/11/Assertive_Training?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem,.
Stuart, G. W. dan Laraia, M. T., 2005. Principles and Practice
of Psychiatric Nursing. 7th edition. St. Louis: Mosby Year Book.
Videbeck, S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep,
I. 2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar