Selasa, 14 Juli 2009

askep jiwa - menarik diri

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. PENGERTIAN

Kerusakan interaksi sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptif dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya (Stuart dan Sundeen, 1998).

Kerusakan sosial adalah suatu keadaan seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif (Towsend, 1998).

Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain yang salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri.

B. RENTANG RESPON SOSIAL

Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam rentang respons yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respons yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat yang secara umum berlaku, sedangkan respons maladaptif merupakan respons yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respons sosial maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga, gangguan komunikasi, dan kesepian.


Gambar 2. Rentang Respons Sosial

Rentang respons sosial yang adaptif, adalah sebagai berikut :

Menyendiri (solitude), merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.

Otonomi, merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

Bekerja sama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.

Saling tergantung (interdependen), merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

Dalam kehidupan sehari-hari respons maladaptif yang sering ditemukan antara lain : menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga.

Menarik diri, merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

Tergantung (dependen), terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.

Manipulasi, merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.

Curiga, terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda cemburu, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.

C. PENGKAJIAN KLIEN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL : MENARIK DIRI

Untuk membantu klien dengan kerusakan interaksi sosial : menarik diri, digunakan pendekatan proses keperawatan. Tahap pertama adalah pengkajian yang meliputi : faktor predisposisi, faktor pencetus, tingkah laku klien dan mekanisme koping.

1. Faktor predisposisi

Beberapa faktor predisposisi (pendukung) terjadinya kerusakan interaksi sosial : menarik diri, yaitu :

a. Faktor perkembangan

Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu “pengasuh” pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.

b. Faktor biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

c. Faktor sosial-budaya

Faktor sosial-budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).

2. Stresor presipitasi

Stressor presipitasi terjadinya gangguan kerusakan interaksi sosial adalah :

a. Stresor sosial-budaya

Stresor sosial-budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam berhubungan, misalnya keluarga yang labil, dirawat di rumah sakit.

b. Stressor psikologis

Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah kerusakan interaksi social (menarik diri).

3. Tingkah laku klien menarik diri

a. Kurang spontan.

b. Apatis (acuh terhadap lingkungan).

c. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih).

d. Afek tumpul

e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri

f. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.

g. Mengisolasi diri (menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.

h. Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya.

i. Pemasukan makanan dan minuman terganggu.

j. Retensi urine dan faeces.

k. Aktifitas menurun.

l. Kurang energi (tenaga).

m. Harga diri rendah.

n. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.

4. Mekanisme koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan pada menarik diri adalah regresi, represi dan isolasi.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL : MENARIK DIRI

E. RENCANA KEPERAWATAN

TUM :

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

TUK 1

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria Evaluasi :

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Rencana Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :

a. Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

TUK 2

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri sendiri, orang lain atau lingkungan

Rencana Tindakan :

1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.

2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.

3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul.

4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

TUK 3

Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

Kriteria evaluasi :

a. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain, misalnya : banyak teman, tidak sendiri, bisa diskusi dll.

b. Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, misalnya : sendiri, tidak punya teman, sepi dll.

Rencana Tindakan :

1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.

3. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.

4. Beri reinforcemant positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

5. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

6. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

7. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

8. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

TUK 4

Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara : (Klien-Perawat, Klien-Perawat-Perawat lain, Klien-Perawat-Perawat lain-Klien lain, Klien-Keluarga-Kelompok-Masyarakat).

Rencana Tindakan :

1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

2. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap.

3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.

4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.

5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.

6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.

7. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.

TUK 5

Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain

Rencana Tindakan :

1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.

2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.

3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.

TUK 6

Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga,

Kriteria evaluasi :

Keluarga dapat : menjelaskan perasaannya, menjelaskan cara merawat klien menarik diri, mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri, berpartisipasi dalam merawat klien menarik diri

Rencana Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga.

2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : perilaku menarik diri, penyebab menarik diri, akibat yang akan terjadi, cara keluarga menghadapi klien menarik diri.

3. Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.

4. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu.

5. Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

TUK 7

Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik,

Kriteria evaluasi :

a. Klien menyebutkan manfaat, kerugian, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat

b. Klien mendemonstrasikankan penggunaan obat dengan benar.

c. Klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi

Rencana Tindakan :

1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat.

2. Pantau klien saat penggunaan obat

3. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar

4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter

5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada perawat/dokter jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

DAFTRA PUSTAKA

http://keperawatan-gun.blogspot.com/search/label/JIWA

Stuart G.W. and Sundeen (1995). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed). St. Louis Mosby Year Book.

Stuart dan Laraia (2001). Principle and Practice of Psychiatric Nursing, Edisi 6, St. Louis Mosby Year Book.

Townsend. (1998). Diagnosis Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : pedomanan Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan EGC, Jakarta (terjemahan).

Tidak ada komentar: