Rabu, 15 Juli 2009

kekambuhan

KEKAMBUHAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA

PERIODE KEKAMBUHAN

1. Pengertian

Kambuh merupakan keadaan klien dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien harus dirawat kembali (Andri, 2008).

Periode kekambuhan adalah lamanya waktu tertentu atau masa dimana klien muncul lagi gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien harus dirawat kembali.

Kekambuhan gangguan jiwa psikotik adalah munculnya kembali gejala-gejala pisikotik yang nyata. Angka kekambuhan secara positif hubungan dengan beberapa kali masuk Rumah Sakit (RS), lamanya dan perjalanan penyakit. Penderita-penderita yang kambuh biasanya sebelum keluar dari RS mempunyai karakteristik hiperaktif, tidak mau minum obat dan memiliki sedikit keterampilan sosial, (Porkony dkk, dalam Akbar, 2008).

2. Gejala kekambuhan skizofrenia.

Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh klien dan keluarganya (Yosep, 2007) yaitu :

a. Menjadi ragu-ragu dan serba takut (Nervous)

b. Tidak ada nafsu makan

c. Sukar konsentrasi

d. Sulit tidur

e. Depresi

f. Tidak ada minat

g. Menarik diri

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan skizofrenia

Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan skizofrenia, antara lain tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang berat yang membuat stress, (Akbar, 2008).

Sullinger (dalam Keliat, 1996) mengidentifikasi 4 faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit jiwa, yaitu :

a. Klien

Secara umum bahwa klien yang minum obat secara tidak teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Hasil penelitian menunjukkan 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit jiwa tidak memakan obat secara teratur (Appleton, dalam Keliat 1996). Klien kronis, khususnya skizofrenia sukar mengikuti aturan minum obat karena adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan mengambil keputusan. Di rumah sakit perawat bertanggung jawab dalam pemberian atau pemantauan pemberian obat, di rumah tugas perawat digantikan oleh keluarga.

b. Dokter (pemberi resep)

Minum obat yang teratur dapat mengurangi kekambuhan, namun pemakaian obat neuroleptik yang lama dapat menibulkan efek samping yang dapat menggangu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol. Pemberian resep diharapkan tetap waspada mengidentifikasi dosis terapeutik yang dapat mencegah kekambuhan dan efek samping.

c. Penanggung jawab klien (case manager)

Setelah klien pulang ke rumah maka penanggung jawab kasus mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dengan klien, sehingga dapat mengidentifikasi gejala dini dan segera mengambil tindakan.

d. Keluarga

Ekspresi emosi yang tinggi dari keluarga diperkirakan menyebabkan kekambuhan yang tinggi pada klien. Hal lain adalah klien mudah dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan maupun yang menyedihkan.

Keluarga mempunyai tanggung jawab yang penting dalam proses perawatan di rumah sakit jiwa, persiapan pulang dan perawatan di rumah agar adaptasi klien berjalan dengan baik. Kualitas dan efektifitas perilaku keluarga akan membantu proses pemulihan kesehatan klien sehingga status klien meningkat. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab kambuh gangguan jiwa adalah perilaku keluarga yang tidak tahu cara menangani klien Skizofrenia di rumah (Sullinger, dalam Keliat, 1996).

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU KELUARGA TERHADAP PERIODE KEKAMBUHAN KLIEN SKIZOFRENIA

1. Pengetahuan keluarga dalam merawat klien skizofrenia terhadap periode kekambuhan.

Menurut Keliat (1996) Klien dan keluarga perlu mempunyai pengetahuan untuk mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi masalah yang mungkin terjadi dirumah. Keluarga perlu mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang pemberian obat, pemantauan obat, tanda dan gejala skizofrenia atau gejala kekambuhan pada klien (nervous, tidak nafsu makan, sukar konsentrasi, sukar tidur, depresi, tidak ada minat dan menarik diri). Pengetahuan keluarga tentang tanda dan gejala kekambuhan sangat penting oleh karena setelah klien pulang ke rumah maka peran perawat di rumah sakit jiwa digantikan oleh kerluarga yang ada dirumah.

Informasi-informasi yang akurat tentang skizofrenia, gejala-gejalanya, kemungkinan perjalanan penyakitnya, berbagai bantuan medis dan psikologis yang dapat meringankan gejala skizofrenia merupakan sebagian informasi penting yang sangat dibutuhkan keluarga. Informasi yang tepat akan menghilangkan saling menyalahkan satu sama lain, memberikan pegangan untuk dapat berharap secara realitas dan membantu keluarga mengarahkan sumber daya yang mereka miliki pada usaha-usaha yang produktif (Handayani, 2008).

2. Sikap keluarga dalam merawat klien skizofrenia terhadap periode kekambuhan.

Keluarga klien perlu mempunyai sikap yang positif untuk mencegah kekambuhan pada klien skizofrenia. Keluarga perlu mempunyai sikap menerima klien, memberikan respon positif kepada klien, menghargai klien sebagai anggota keluarga dan menumbuhkan sikap tanggung jawab kepada klien. Sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh keluarga terhadap klien akan berpengaruh terhadap kekambuhan klien. Keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, banyak melibatkan diri dengan klien) diperkirakan klien kambuh dalam waktu 9 bulan (Keliat, 1996).

Menurut Torrey (dalam Handayani, 2008), keluarga perlu memiliki sikap yang tepat tentang skizofrenia, disingkatnya sikap-sikap yang tepat itu dengan SAFE (Sense of humor, Accepting the illness, Familliy balance, Expectations are realistic). Sedangkan menurut Suryantha (dalam Handayani, 2008) menerima kenyataan adalah kunci pertama proses penyembuhan atau pengendalian skizofrenia. Keluarga harus tetap bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan penderita.

3. Tindakan keluarga dalam merawat klien skizofrenia terhadap periode kekambuhan.

Hospitalisasi yang lama memberi konsekuensi kemunduran pada klien yang ditandai dengan hilangnya motivasi dan tanggung jawab, apatis, menghindar dari kegiatan dan hubungan sosial. Kemampuan dasar sering terganggu, seperti perawatan mandiri dan aktifitas hidup seharian. Keluarga perlu memberikan dukungan (support) kepada klien untuk meningkatkan motivasi dan tanggung jawab untuk melaksanakan perawatan secara mandiri (Keliat, 1996). Keluarga perlu membantu klien bersosialisasi kembali, menciptakan kondisi lingkungan suportif, menghargai klien secara pribadi, membantu pemecahan masalah klien (Gilang, 2001). Tindakan keluarga yang sangat penting adalah setelah klien pulang ke rumah, keluarga menemani klien melakukan perawatan lanjutan pada puskemas perawatan lanjutan atau rumah sakit terdekat, misalnya pada bulan pertama : 2 kali per bulan, bulan kedua : 2 kali perbulan, bulan ketiga : 2 kali per bulan dan selanjutnya 1 kali perbulan (Keliat, 1996). Keluarga harus melakukan tindakan untuk membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri si penderita, keluarga harus sabar dan menerima kenyataan. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat penderita semakin depresi bahkan cenderung bersikap kasar. Akan tetapi terlalu memanjakan juga tidak baik (Handayani, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Andri, 2008, Kongres Nasional Skizofrenia V Closing The Treathment Gap for Schizophrenia.

Arif, I.S., 2006, Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien, Refika Aditama, Bandung

Hawari, D., 2003, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizofrenia, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Keliat, B.A., 1996, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC, Jakarta

Isaacs, A., 2005, Panduan Belajar : Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik, Edisi 3, EGC, Jakarta

2 komentar:

ary pramita mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
sarrah hannan mengatakan...

makasih bgt ya ...aku tertolong ma tulisanmu ini,hahah .(lebay mode on)