Selasa, 14 Juli 2009

askep jiwa-waham

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

A. PENGERTIAN

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Keliat, 1999).

Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan keyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control (Depkes RI, 1994).

B. JENIS-JENIS WAHAM

1. Waham kebesaran

Suatu kenyataan palsu dimana seorang memperluas atau memperbesar kepentingan dirinya, baik kualitas tindakan/kejadian/orang disekelilingnya, dalam bentuk tidak realistik. Waham ini timbul akibat perasaan yang tidak wajar, tidak aman dan rasa rendah diri yang secara sadar dihalangi oleh komponen ideal dan efektif dari waham itu sendiri. Isi dari waham kebesaran sering menunjukkan kekecewaan, kegagalan, dan perasaan tidak aman.

2. Waham Kejar.

Klien yakin bahwa ada orang yang sedang mengganggunya, menipunya, memata-matai atau menjelekkan dirinya.

3. Waham Depresif (menyalahkan diri sendiri).

Kepercayaan yang tidak berdasar. Menyalahkan diri sendiri akibat perbuatan-perbuatannya yang melanggar kesusilaan atau kejahatan lain. Waham depresif sering dirasakan sebagai : waham bersalah (perasaan bersalah, kehilangan harga diri), waham sakit (gangguan perasaan tubuh yang berasal dari viseral yang dipengaruhi oleh keadaan emosi), waham miskin (kehidupan perasaan nilai sosial).

4. Waham nihilistik

Suatu kenyataan bahwa dirinya atau orang lain sudah meninggal atau dunia ini sudah hancur.

5. Waham somatik (waham hipokondria).

Kecenderungan yang menyimpang dan bersifat dungu mengenai fungsi dan keadaan tubuhnya, misalnya penderita merasa tubuhnya membusuk atau mengeluarkan bau busuk.

6. Waham hubungan.

Keyakinan bahwa ada hubungan langsung antara inteprestasi yang salah dari pembicaraan, gerakan atau digunjingkan.

7. Waham pengaruh.

Keyakinan yang palsu bahwa dia adalah berlebihan dan diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

8. Waham curiga

Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.

C. PENYEBAB

1. Faktor predisposisi

a. Genetik, faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).

b. Neurobiologis, adanya gangguan pada kosteks pre frontal dan korteks limbic.

c. Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan glutamate.

d. Virus : paparan virus influenza pada trimester III.

e. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

2. Faktor presipitasi

a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan.

b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.

D. PROSES TERJADINYA WAHAM

Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :

1. Fase of human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.

2. Fase lack of self esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.

3. Fase control internal external

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.

4. Fase envinment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

6. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

E. PENGKAJIAN

Tanda dan gejala dari perubahan proses pikir : waham, yaitu klien mengatakan dirinya sebagai seseorang besar yang mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.

Untuk mendapat data waham sesuai dengan jenis wahamnya, harus dilakukan observasi terhadap perilaku klien sebagai berikut :

1. Waham kebesaran

Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Waham curiga.

Meyakini bahwa seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

3. Waham Agama

Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

4. Waham somatik

Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

5. Waham nihilistik

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan keyataan.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM …………

G. RENCANA KEPERAWATAN

TUM :

Klien dapat berpikir sesuai dengan realitas

TUK 1

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria Evaluasi :

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Rencana Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :

a. Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar.

TUK 2

Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran klien,

Kriteria evaluasi :

Klien menceritakan ide-ide dan perasaan yang muncul secara berulang dalam pikirannya.

Rencana Tindakan :

1. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.

2. Diskusikan dengan klien pengalaman yang dialami selama ini.

3. Dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung/menentang pernyataan wahamnya

TUK 3

Klien dapat mengidentifikasi stressor/pencetus wahamnya,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menyebutkan kejadian-kejadian sesuai dengan urutan waktu serta harapan/kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi, seperti : harga diri, rasa aman dsb. Dapat menyebutkan hubungan antara kejadian traumatis/kebutuhan tidak terpenuhi dengan wahamnya.

Rencana Tindakan :

1. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta kejadian yang menjadi faktor pencetus wahamnya.

2. Diskusikan dengan klien tentang kejadian-kejadian traumatik yang menimbulkan rasa takut, cemas maupun perasaan tidak dihargai.

3. Diskusikan kebutuhan/harapan yang belum terpenuhi.

4. Diskusikan dengan klien cara-cara mengatasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kejadian traumatik.

5. Diskusikan dengan klien antara kejadian traumatik dengan wahamnya.

TUK 4

Klien dapat mengidentifikasi wahamnya,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menyebutkan perbedaan pengalaman nyata dengan pengalaman wahamnya

Rencana Tindakan :

1. Bantu klien mengidentifikasi keyakinan yang salah tentang situasi yang nyata (bila klien sudah siap) :

a. Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya tanpa beragumentasi.

b. Katakan kepada klien akan keraguan perawat terhadap pernyataan klien.

c. Diskusikan dengan klien respon perasaan terhadap wahamnya.

d. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang dipersepsikan salah oleh klien.

TUK 5

Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menjelaskan gangguan fungsi hidup sehari-hari yang diakibatkan ide-ide/pikirannya yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Rencana Tindakan :

1. Diskusikan dengan klien pengalaman-pengalaman yang tidak menguntungkan sebagai akibat dari wahamnya.

2. Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang membutuhkan bantuan orang lain.

3. Diskusikan dengan klien orang/tempat ia meminta bantuan apabila wahamnya timbul/sulit dikendalikan.

TUK 6

Klien dapat melakukan tehnik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran terpusat pada wahamnya,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat melakukan melakukan aktivitas yang konstruktif sesuai dengan minatnya yang dapat mengalihkan fokus klien dari wahamnya.

Rencana Tindakan :

1. Diskusikan hobi/ aktivitas yang disukainya.

2. Anjurkan klien memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan perhatian dan ketrampilan fisik.

3. Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan perhatian sebagai pengisi waktu.

4. Libatkan klien dalam TAK orientasi realita.

5. Beri reinforcement positif setiap upaya klien yang positif.

TUK 7

Klien dapat dukungan keluarga,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menjelaskan tentang : pengertian waham, tanda dan gejala waham, penyebab dan akibat waham, cara merawat klien waham dan dapat mempraktekan cara merawat klien waham.

Rencana Tindakan :

1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi waham.

2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi waham.

3. Jelaskan kepada keluarga tentang : pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat, cara merawat klien waham.

4. Latih keluarga cara merawat klien waham

5. Beri pujian kepada keluarga atas ketelibatannya merawat klien.

TUK 8

Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

Kriteria evaluasi :

Klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, efek samping dan efek terapi. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar. Klien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.

Rencana Tindakan :

1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat.

2. Pantau klien saat penggunaan obat.

3. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.

4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.

5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://keperawatan-gun.blogspot.com/search/label/JIWA :

Stuart G.W. and Sundeen (1995). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed). St. Louis Mosby Year Book.

Stuart dan Laraia (2001). Principle and Practice of Psychiatric Nursing, Edisi 6, St. Louis Mosby Year Book.

Townsend. (1998). Diagnosis Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : pedomanan Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan EGC, Jakarta (terjemahan).

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Refika Aditama, Jakarta.

Tidak ada komentar: