PENYAKIT DIABETES MELITUS
1. PENGERTIAN
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2001).
Diabetes melitus adalah suatu penyakit, dimana tubuh pasiennya tidak bisa secara otomatis mengendalikan kadar gula (glukosa) dalam darahnya (Yunia, 2007).
Diabetes melitus (kencing manis) adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat mengatur kandungan gula dalam darah sehingga glukosa atau gula yang biasanya diangkut menuju sel-sel tubuh sebagai sumber energi justru tercecer dalam aliran darah, bahkan ikut terbuang dalam air seni.
2. PENYEBAB
Penyebab diabetes melitus (Yunia, 2007) adalah:
a. Kelainan Genetika
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik.
b. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun dan pada mereka yang berat badannya berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.
c. Gaya hidup stres
Stres kronis yang cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang berisiko kena diabetes.
d. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko kena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebih) mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin).
Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan, masa anak-anak, dan pada usia dewasa akibat diet ketat berlebih. Sedangkan kurang gizi pada janin mungkin terjadi karena ibunya merokok atau mengkonsumsi alcohol selama hamilnya.
Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan di dalam tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% pasien diabetes tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk.
3. TIPE-TIPE DIABETES MELITUS
Terdapat 3 bentuk diabetes melitus (Corwin, 2001), adalah sebagai berikut:
a. Diabetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan absolut insulin. Penyakit ini disebut diabetes melitus dependen insulin (DMDI). Pengidap penyakit ini harus mendapat insulin pengganti. Diabetes tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun.
b. Diabetes melitus tipe II
Diabetes melitus tipe II adalah penyakit hiperglikemia akibat insensitivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal, karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes melitus tipe II dianggap sebagai noninsulin dependent diabetes melitus (NIDDM). Diabtes melitus tipe II biasanya timbul pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun.
c. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Sekitar 50% pengidap kelainan ini akan kembali ke status nondiabetes setelah kehamilan berakhir.
4. TANDA DAN GEJALA DIABETES MELITUS
Gejala diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak sebagai akibat dari kelainan genetika, sehingga tubuh tidak memproduksi insulin dengan baik (Yunia, 2007). Gejala-gejalanya antara lain adalah:
a. Sering buang air kecil
b. Terus-menerus lapar dan haus
c. Berat badan menurun
d. Kelelahan
e. Penglihatan kabur
f. Infeksi pada kulit yang berulang
g. Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni
h. Cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 40 tahun
Gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala diabetes tipe I (Yunia, 2007), yaitu:
a. Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit
b. Sering buang air kecil
c. Terus menerus lapar dan haus
d. Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya
e. Mudah sakit yang berkepanjangan
f. Biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun, tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja.
Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urin dan urin tersebut tidak disiram, maka akan dikerubuti oleh semut yang merupakan tanda adanya gula.
Gejala lain yang biasanya muncul adalah:
a. Penglihatan kabur
b. Luka yang lama sembuh
c. Kaki terasa kebas, geli, atau merasa terbakar
d. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita
e. Impotensi pada pria
5. PENATALAKSANAAN
Prinsip pengelolahan kencing manis adalah :
a. Edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat agar menjalankan perilaku hidup sehat.
b. Diet (nutrisi) yang sesuai dengan kebutuhan pasien, dan pola makan yang sehat
c. Olahraga seperti latihan aerobik (berenang, bersepeda, jogging, jalan cepat) paling tidak tiga kali seminggu, setiap kali 15-60 menit sampai berkeringat dan terengah-engah tanpa membuat nafas menjadi sesak atau sesuai dengan petunjuk dokter.
d. Obat-obat yang berkhasiat menurunkan kadar gula darah, sesuai dengan petunjuk dokter.
6. PENCEGAHAN
Melihat bahwa gangguan keseimbangan kadar gula darah dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang berlebihan (pola makan yang salah) dan kegiatan yang penuh tekanan (gaya hidup stress), maka diabetes sebenarnya dapat dicegah (Yunia, 2007) adalah berikut:
a.. Bila kegemukan, turunkan berat badan
b. Lakukan latihan aerobik (berenang, bersepeda, jogging, jalan cepat) paling tidak tiga kali seminggu, setiap kali 15-60 menit sampai berkeringat dan terengah-engah tanpa membuat napas menjadi sesak.
c. Konsumsi gula sedikit mungkin atau seperlunya, karena bukan merupakan bagian penting dari menu yang sehat. Kebutuhan zat gula darah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat dipenuhi dari karbodihrat yang berasal dari beras, sereal, roti, kentang, atau bakmi dalam menu sehari-hari.
d. Setelah berumur 40, periksa kadar gula urine kita setiap tahun, terutama bila anda mempunyai riwayat keluarga pasien diabetes.
7. KOMPLIKASI
Pasien diabetes melitus dapat mengalami komplikasi khususnya bagi mereka yang kadar gula darahnya tidak terkontrol. Komplikasi tersebut diantaranya :
a. Kebutaan
Timbul daerah-daerah infark (jaringan yang mati) diikuti oleh neovaskularisasi (pembentukan pembuluh baru), bertunasnya pembuluh-pembuluh lama, dan pembentukan jaringan parut, akhirnya timbul edema insterstisium dan tekanan intraokulus meningkat, yang menyebabkan kolapsnya kapiler dan saraf yang tersisa sehingga terjadi kebutaan.
b. Gangguan saraf (neuropati)
Neuropati diabetes disebabkan oleh hipoksia kronik sel-sel saraf.
c. Gagal ginjal
Akibat hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka panjang, glomerulus, seperti sebagian besar kapiler lainnya. Kelainan fungsi ginjal menyebabkan gagal ginjal sehingga pasien harus menjalani dialisa.
d. Gangren
Sirkulasi yang jelek melalui pembuluh darah besar dan kecil bisa melukai jantung, otak, tungkai, mata, ginjal, saraf dan kulit dan memperlambat penyembuhan luka.
f. Penyakit jantung koroner
Dipengaruhi oleh diabetes melitus kronik, terjadi kerusakan mikrovaskular di arteriol, kapiler dan venula. Kerusakan makrovaskular terjadi di arteri besar dan sedang.
g. Stroke
Adalah akibat diabetes tipe II, terjadi karena arterosklerosis pembuluh-pembuluh otak dan hipertensi, yang menyebabkan pembuluh darah menjadi lemah dan akhirnya pecah.
h. Ketoasidosis diabetik
Suatu komplikasi akut yang hampir selalu dijumpai pada pengidap diabetes tipe I. Kelainan ini ditandai oleh perburukan dratis semua gejala diabetes.
i. Hipoosmolar No-Ketotik
Adalah penyulit akut yang dijumpqai pada pengidap diabetes tipe II. Kelainan ini juga merupakan perburukan dratis penyakit.
Kecemasan
1. PENGERTIAN
Kecemasan adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara subyektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebigungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005).
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dan kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa obyek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup.
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah obyek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan psikologis.
2. GEJALA KLINIS KECEMASAN
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan menurut Hawari (2002), antara lain :
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
d. Gangguan pola tidur, mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.
3. TINGKAT KECEMASAN
Menurut Stuart dan Sundden (2002), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu, yaitu :
a. Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Kecemasan sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Kecemasan berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
d. Tingkat panik dari kecemasan, berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalmi panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.
4. RENTANG RESPON KECEMASAN
Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif. Respon adaptif seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif) dalam mengatasi kecemasan berupa antisipasi. Respon maladaptif erupakan koping yang bersifat merusak (destruktif) dan disfungional seperti individu menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus diri (Suliswati, 2005).
5. TEORI KECEMASAN
Ada beberapa teori kecemasan, yaitu :
a. Teori Psikoanalitik
Menurut Freud (dalam Suliswati, 2005), kecemasan timbul akibat reaksi psikologis individu terhadap ketidakmampuan mencapai orgasme dalam hubungan seksual. Energi seksual yang tidak terekspresikan akan mengakibatkan rasa cemas. Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan eksternal yang berlebihan. Akibat stimulus (internal dan eksternal) yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu untuk menanganinya.
b. Teori interpersonal
Sullivan (dalam Suliswati, 2005) mengemukankan bahawa kecemasan timbul akibat ketidakmampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan. Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempunyai kepekaan terhadap lingkungan. Kecemasan pertama kali ditentukan oleh hubungan ibu dan anak pada awal kehidupan, bayi berespon seolah-olah ia dan ibunya adalah satu unit. Adanya trauma seperti perpisahan dengan orang berarti atau kehilangan dapat menyebabkan kecemasan pada individu.
c. Teori prilaku
Teori prilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi akibat berbagai hal yang mempengaruhi individu dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Prilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah dialami. Kecemasan antara dua pilihan yang saling berlawanan dan individu harus memilih salah satunya. Konflik menimbulkan kecemasan dan kecemasan akan meningkatkan persepsi terhadap klonflik dengan timbulnya perasaan ketidakberdayaan.
d. Teori Keluarga
Studi pada keluarga dan epidemiologi memperhatikan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen.
e. Teori biologik
Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin, reseptor tersebut berfungsi membantu regulasi kecemasan. Regulasi tersebut berhubungan dengan aktivitas neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron dibagian otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
5. REAKSI KECEMASAN
Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu.
a. Kontruktif
Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup.
b. Destruktif
Individu bertingkah laku maladaftif dan disfungsional.
Kecemasan Dan Diabetes melitus
Pandangan interpersonal mengatakan bahwa cemas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan perkembangan trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik. Pasien yang mengalami diabetes melitus sangat berisiko terjadinya ulkus atau gangren serta berisiko untuk dilakukan amputasi. Kehilangan dari bagian tubuh pada pasien diabetes melitus tersebut diangap sebagai ancaman terhadap integritas meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Timbulnya komplikasi diabetes melitus seperti kadar gula darah yang terlalu rendah menimbulkan kecemasan yang secara tiba-tiba, karena jika kadar gula darah terlalu rendah, organ pertama yang terkena pengaruhnya adalah otak. Untuk melindungi otak, tubuh segera mulai membuat glukosa dari glikogen yang tersimpan di hati. Proses ini melibatkan pelepasan epinefrin (adrenalin), yang cenderung menyebabkan rasa lapar, kecemasan, meningkatnya kesiagaan dan gemetaran. Berkurangnya kadar glukosa darah ke otak bisa menyebabkan sakit kepala
REFERENSI :
http://www.promosikesehatan.com
Corwin, E.J. (2001) Buku Saku Patofisiologi, Jakarta : EGC
Lukman and Sorensens`s (1995) Medical Surgical Nursing, Fourth Edition, Philadelphia : WB Sauder Co
Hawari, D. (2002) Manajemen Stres Cemas Dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Stuart dan Sundden (2002) Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar