Dermatitis Kontak
1. PENGERTIAN
Dermatitis kontak adalah peradangan kulit yang akut atau kronik akibat terpajan ke iritan (dermatitis iritan) atau alergen (dermatitis alergik) (Corwin,02001).
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan yang timbul melalui mekanisme non imunologik dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan mekanisme imunologik dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan mekanisme imunologik yang spesifik (Trihapsoro, 2003).
2. ETIOLOGI
Kulit dapat mengalami suatu dermatitis bila terpapar oleh bahan-bahan tertentu, misalnya alergen, yang diperlukan untuk timbulnya suatu reaksi alergi. Hapten merupakan alergen yang tidak lengkap (antigen), contohnya formaldehyd seperti terdapat dalam barang-barang plastik tertentu, bahan pengawet, obat keramas (baik untuk manusia maupun untuk anjing), obat untuk mengkilapkan lantai (floor polish), deterjen tertentu dan lain-lain. Bahan-bahan alergen lainnya seperti plester, bahan-bahan perekat (semen, lem, pasta, perekat plastik), balsam, parfum, bahan-bahan penyedap, bumbu-bumbu atau rempah-rempah, kosmetik dan obat-obat kecantikan lainnya. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi elergen, derajat pajanan dan luasnya penetrasi di kulit.
3. GAMBARAN KLINIS
Pasien umumnya mengeluh gatal. Kelainan tergantung pada keparahan dermatitis. Dermatitis kontak umumnya mempunyai gambaran klinis dermatitis, yaitu terdapat elforesensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas. Dermatitis kontak iritan umumnya mempunyai ruam kulit yang lebih bersifat monomorf dan berbatas lebih tegas dibandingkan dermatitis kontak alergik (Trihapsoro, 2003). Berikut gambaran klinis dermatitis kontak berdasarkan fase-fasenya :
a. Fase akut
Kelainan kulit umumnya muncul 24-48 jam pada tempat terjadinya kontak dengan bahan penyebab. Derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa eritema dan edema, sedang pada yang berat selain eritema dan edema yang lebih berat disertai pula vesikel atau bula yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas. Keluhan subyektif berupa gatal.
b. Fase sub akut
Jika tidak diberi pengobatan dan kontak dengan alergen sudah tidak ada maka proses akut akan menjadi subakut atau krobis. Pada fase ini akan terlihat eritema, edema ringan, vesikule, krusta dan pembentukan papul-papul.
c. Fase kronis
Dermatitis jenis ini dapat primer atau merupakan kelanjutan dari fase akut yang hilang timbul karena kontak yang berulang-ulang. Lesi cenderung simetris, batasnya kabur, kelainan kulit berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan.
4. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dermatitis kontak (Corwin, 2001), adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi penyebab dermatitis dan menghindari pajanan.
b. Kompres dingin untuk mengurangi peradangan
c. Terapi anti-inflamasi topikal (kadang-kadang sistemik) jangka pendek misalnya streroid untuk menghentikan peradangan.
5. KOMPLIKASI
Seringkali timbul infeksi pada kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan oleh dermatitis. Timbul selulit (cellulitis), infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan, dan terasa panas saat disentuh. Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus (Rahman, 2004). Komplikasi yang juga bisa terjadi adalah infeksi sekunder oleh bakteri, septikemi, diare, dan pneumoni (Imtikhananik,1992).
6. PENCEGAHAN
Mencegah penyakit dermatitis kontak berarti menghindari kontak dengan substansi tertentu seperti sabun atau detergen penyebab iritasi kulit, atau kontak dengan bahan kimia. Menghindari kulit kering juga salah satu cara mencegah terjadinya dermatitis.
Berikut cara meminimalisir dermatitis :
a. Tidak terlalu sering berenang. Setelah berenang, segera bilas badan dengan air hangat.
b. Tidak berganti-ganti sabun mandi. Hanya gunakan sabun mandi yang lembut, tidak berbusa dan tidak menghilangkan minyak natural tubuh. Pastikan yang digunakan untuk mandi adalah air bersih.
c. Keringkan tubuh, gosok tubuh dengan handuk yang lembut segera setelah mandi sampai air yang melekat di kulit tersapu dengan handuk.
d. Gunakan pelembab pada kulit, menjaga kulit tetap lembab dengan produk-produk yang dijual bebas. Berikan perhatian lebih pada bagian tubuh seperti kaki, lengan, punggung, dan samping tubuh.
e. Perawatan diri bagi orang yang telanjur terkena dermatitis:
1) Hindari goresan yang ditimbulkan garukan karena rasa gatal pada kulit.
2) Lindungi kulit yang terasa gatal dengan pakaian jika tidak dapat menahan diri untuk menggaruknya.
3) Gunakan sarung tangan pada malam hari saat akan tidur, mencegah menggaruk secara tak sengaja.
4) Gunakan pakaian yang tidak memicu keluarnya keringat berlebihan.
5) Hindari kontak dengan barang yang berbahan dari wool seperti pada karpet atau baju.
6) Hindari kontak dengan sabun/detergen yang bersifat keras.
Harga Diri
1. PENGERTIAN
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998).
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya (Suliswati, 2005).
Harga diri adalah suatu penilaian yang dilakukan oleh individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian tersebut mencerminkan sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil dan berharga. Kesadaran tentang diri dan perasaan terhadap diri sendiri itu akan menimbulkan suatu penilaian terhadap diri sendiri baik itu positif maupun negatif (Coopersmith, dalam Rahmawati, 2006).
2. KOMPONEN-KOMPONEN DALAM HARGA DIRI
Ada 3 (tiga) komponen dalam pembentukan harga diri (Felker, dalam Rahmawati, 2006), yaitu :
a. Feeling of belonging, perasaan individu bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dan bahwa ia diterima serta dihargai oleh anggota kelompoknya. Individu akan memiliki nilai positif akan dirinya bila mengalami perasaan diterima atau menilai dirinya bagian dari kelompoknya. Begitu juga sebaliknya, individu akan merasa memiliki nilai yang negatif apabila mengalami perasaan tidak diterima.
b. Feeling of competence, yaitu perasaan individu bahwa ia mampu mencapai suatu hasil yang diharapkannya. Bila individu merasa telah mencapai tujuan secara efisien, maka individu tersebut akan memberikan penilaian yang positif pada dirinya.
c. Feeling of worth, perasaan individu bahwa dirinya berharga. Perasaan ini seringkali muncul dalam bentuk pernyataan yang sifatnya pribadi seperti pandai, cantik, menawan, langsing, dan lain-lain. Individu yang mempunyai perasaan berharga akan menilai dirinya positif daripada yang tidak berharga.
3. KARAKTERISTIK HARGA DIRI
Coopersmith (dalam Rahmawati, 2006) membedakan tiga jenis harga diri menurut karakteristik individu, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah :
a. Individu dengan harga diri tinggi
1) Aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan baik.
2) Berhasil dalam bidang akademik, terlebih dalam mengadakan hubungan sosial.
3) Dapat menerima kritik dengan baik.
4) Percaya terhadap persepsi dan dirinya sendiri.
5) Tidak terpaku pada dirinya sendiri atau tidak hanya memikirkan kesulitannya sendiri.
6) Keyakinan akan dirinya tidak berdasarkan pada fantasinya, karena memang mempunyai kemampuan, kecakapan sosial dan kualitas dari yang tinggi.
7) Tidak terpengaruh pada penilaian dari orang lain tentang sifat atau kepribadiannya, baik itu positif ataupun negatif.
8) Akan menyesuaikan diri dengan mudah pada suatu lingkungan yang belum jelas
b. Individu dengan harga diri sedang
Karakteristik individu dengan harga diri sedang hampir sama dengan harga diri tinggi, terutama dalam kualitas, perilaku dan sikap. Pernyataan diri mereka memang positif, namun cenderung kurang moderat. Menurut Coopersmith (dalam Rahmawati, 2006), individu dengan harga diri sedang cenderung memandang dirinya lebih baik dari kebanyakan orang.
c. Individu dengan harga diri rendah
1) Memiliki perasaan yang inferior
2) Takut dan mengalami kegagalan dalam mengadakan hubungan sosial.
3) Terlihat sebagai orang yang putus asa dan depresi.
4) Merasa diasingkan dan tidak diperhatikan
5) Kurang dapat mengekspresikan diri
6) Sangat tergantung kepada lingkungan
7) Tidak konsisten
8) Secara pasif akan selalu mengikuti apa yang ada di lingkungannya.
9) Mudah mengakui kesalahan.
4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga diri seseorang (Dusek dalam Rahmawati, 2006) antara lain :
a. Jenis kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja putri muda terkena gangguan bentuk tubuh dibanding dengan kelompok usia lainnya. Secara khusus harga diri mereka cenderung rendah (Rosenberg & Simmons dalam Rahmawati, 2006). Penyebabnya adalah sangat bermaknanya harga diri fisik agar dapat diterima oleh kelompoknya.
b. Kelas sosial
Penelitian menunjukkan bahwa kelas sosial individu yang ditandai oleh pekerjaan, pendidikan dan penghasilan merupakan penentu yang penting dari harga diri. Pada umumnya, individu dengan kelas sosial menengah memiliki harga diri yang lebih tinggi dibanding kelompok menengah ke bawah.
c. Pengasuhan
Faktor yang menentukan tinggi-rendahnya harga diri pada individu adalah pengasuhan. Menurut Coopersmith (dalam Rahmawati, 2006) ditemukan bahwa individu yang diasuh dengan penerimaan dan kehangatan serta memiliki suasana rumah yang memahami dan toleran memiliki harga diri yang tinggi dibandingkan dengan individu yang diasuh dengan orang tua permisif dan otoriter.
5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN HARGA DIRI
Menurut beberapa ahli (Salbiah, 2003) faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan harga diri adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan individu
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengakibatkan anak gagal mencintai dirinya sendiri dan akan gagal mencintai orang lain.
Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang terdekat serta seseorang yang penting bagi dirinya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak percaya untuk mandiri, memutuskan sendiri dan bertanggung jawab terhadap perilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.
b. Ideal diri tidak realitis
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat salah. Ia membuat standart yang tidak mungkin dicapai, seperti cita-cita yang terlalu tinggi dan tidak realitis. Yang pada kenyataannya tidak dapat dicapai membuat individu menghukum dirinya sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang.
c. Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.
d. Sistem keluarga yang tidak berfungsi
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan lingkungannya.
e. Pengalaman traumatik yang berulang akibat aniaya fisik, emosi dan seksual.
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam, kecelakaan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.
6. CARA MENINGKATKAN HARGA DIRI
Coopersmith (dalam Keliat, 1992) menguraikan empat cara meningkatkan harga diri, yaitu :
a. Memberi kesempatan berhasil
Beri tugas yang memungkinkan dapat diselesaikan, kemudian beri pengakuan dan pujian akan keberhasilannya. Jangan memberi tugas yang sudah diketahui tidak akan dapat diselesaikan.
b. Menanamkan gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreatifitas individu untuk berkembang.
c. Mendorong inspirasi
Pertanyaan dan pendapat seseorang perlu ditanggapi dengan memberi penjelasan yang sesuai. Berikan pengakuan dan sokongan untuk inspirasi yang positif sehingga seseorang memandang dirinya diterima dan bermakna.
d. Membantu membentuk koping
Tiap perkembangan, individu mempunyai tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Individu perlu mengembangkan koping untuk menghadapi kemungkinan yang terjadi dalam penyelesaikan tugas.
HARGA DIRI PADA PASIEN DERMATITIS KONTAK
Kulit merupakan organ pembungkus tubuh yang berhubungan erat dengan kecantikan dan keindahan. Apabila kulit mengalami kelainan atau timbul penyakit pada kulit, akan terjadi perubahan penampilan. Perubahan penampilan tersebut dapat menimbulkan reaksi psikologis. Sebagian besar pasien dengan masalah kulit memiliki perasaan yang lebih sensitif sehingga timbul perasaan kurang dihargai, rendah diri, dianggap jijik, dan perasaan dikucilkan. Reaksi emosional karena deformitas atau kerusakan jaringan sering timbul dan jarang dipandang enteng. Kebanggaan diri, kemampuan berpikir atas diri sendiri, dan kemampuan memandang diri sebagai orang yang disenangi, dan kemampuan memandang diri sebagai orang yang disenangi orang lain sangat penting demi perkembangan dan pertahanan integritas pribadi seseorang. Setiap orang dengan kekurangan dan ketidakmampuan, terutama yang menimbulkan perhatian orang lain, akan merasa takut dan tidak nyaman secara emosi. Besarnya reaksi emosi dan kemampuan penyesuaian diri bergantung pada penampilan dan penyesuaian pribadi masing-masing individu (Long dalam Rahariyani, 2008).
Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan mempengaruhi psikologis pasien seperti timbulnya rasa minder, malu bertemu dengan orang lain dan tidak menerima keadaan dirinya saat ini.
Pengobatan yang lama serta ketakutan akan timbulnya kerusakan pada kulit bisa menganggu rasa nyaman dari pasien. Pada usia muda khususnya remaja putri gangguan pada kulit kecendrungan harga diri mereka rendah, karena mereka kurang puas dengan penampilannya dimana kondisi fisik sangat bermakna agar dapat diterima oleh kelompoknya (Rahmawati, 2006).
REFERENSI :
http://library.usu.ac.id/dowload/fk/06009832.pdf
http://library.usu.ac.id/ keperawatan -salbiah2.pdf
http://library.usu.ac.id/download/fk/kulit-iwan.pdf
Corwin, E.J. (2001) Buku Saku Patofisiologi, Jakarta : EGC
Keliat, B. A. (1992) Gangguan Konsep Diri, Jakarta : EGC
Rahariyani, L.D. (2008) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Integumen, Jakarta : EGC
Stuart dan Sundden (1998) Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta : EGC
Suliswati (2005) Konsep dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar